nasional

Berakibat Hilangnya Mata Air, Warga di Bandung Barat Keluhkan Pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Minggu, 15 Agustus 2021 | 11:38 WIB
Mulut terowongan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di kawasan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Senin, 2 Agustus 2021. PT KCIC akhirnya penuhi permintaan keterangan Komnas HAM terkait aduan warga terdampak proyek di Margawangi, Buahbatu, Kota Bandung. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

KONTENJATENG.COM - Pelaksana proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah menanggapi sejumlah keluhan warga Kampung Cigeblig, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Warga mengeluhkan hilangnya mata air di kampungnya karena tergusur proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang membuat mereka kesulitan memperoleh air bersih.

Pihak Kontraktor telah berkoordinasi, dan melakukan mitigasi dampak lingkungan terkait keluhan warga.

"Di Cikalong Wetan, kontraktor telah membangun beberapa sumur bor sebagai sumber air baru untuk memasok kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar. Sejak 2020, langkah penanggulangan tersebut sudah direalisasikan di beberapa lokasi terdampak," kata General Manager Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia-Cina, Mirza Soraya dalam pesan WhatsApp-nya kepada Pikiran Rakyat (PR) pada Rabu, 11 Agustus 2021.

Baca Juga: PPKM Level 4 Diperpanjang, Hanya 4 Kota Yang Boleh Membuka Kembali Pusat Perbelanjaan Termasuk Semarang

Seperti diketahui, pembangunan terowongan pada proyek kereta cepat itu memiliki tantangan yang luar biasa karena menembus kawasan perbukitan di wilayah Bandung Barat.

Maka dari itu, menurut Mirza, mitigasi dampak lingkungan sudah dilakukan tentu saja dengan berkoordinasi dengan warga.

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung senantiasa berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap dampak yang timbul akibat proses konstruksi di area sekitar trase untuk memastikan keamanan dan kenyamanan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dalam pemberitaan PR pada ‎Selasa, 10 Agustus 2021, sejumlah warga di Kampung Cigeblig, Desa Rende, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat terpaksa menggunakan air sawah dan membeli galon isi ulang, guna memenuhi kebutuhan kesehariannya.

Hal tersebut dilakukan setelah setelah mata air di kampungnya tergusur proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Sulitnya memperoleh air bersih dirasakan warga Cigeblig yang berlokasi di dekat terowongan jalur sepur kilat itu. Ayu Susanti (34) adalah salah satu warga yang mengeluhkan persoalan tersebut.

Baca Juga: Dunia Usaha 'Menjerit', Pemkab Sumedang Sampaikan Ke Pemerintah Pusat Soal Keringanan Pajak dan Retribusi

Untuk kebutuhan air minum, warga dari RT 1, RW 16 Cigeblig itu mengandalkan pasokan air bersih dari ketua RW. Ketua RW mengambil air bersih dari mata air yang berada di atas area terowongan jalur kereta cepat tersebut menggunakan pipa/selang. Setelah ditampung, air kembali dibagikan ke sejumlah warga, termasuk Ayu.

Namun, Ayu tak memakainya sendiri lantaran membagikannya kembali ke beberapa warga lain yang membutuhkan air bersih.

"Paling ageung caina saageung kieu (Paling besar airnya sebesar ini)," ucap Ayu memperlihatkan jempolnya saat ditemui PR di Cigeblig, Selasa.

Baca Juga: Pesan Ganjar Pranowo di HUT ke-71 Jateng: Diobong Ora Kobong Disiram Ora Teles

Halaman:

Tags

Terkini