8 Tradisi Ritual Memanggil Hujan, Melestarikan Kearifan Lokal Masyarakat Nusantara

photo author
- Selasa, 2 November 2021 | 20:33 WIB
8 Tradisi Ritual Memanggil Hujan, Melestarikan Kearifan Lokal Masyarakat Nusantara./ilustrasi/pixabay/
8 Tradisi Ritual Memanggil Hujan, Melestarikan Kearifan Lokal Masyarakat Nusantara./ilustrasi/pixabay/

KONTENJATENG.COM - Sejak zaman dahulu hampir semua kebudayaan di dunia memiliki ritualmemanggilhujan.

Begitu juga dengan masyarakat di Indonesia. Inilah delapan ritual ‘memanggil’ hujan di beberapa daerah di Nusantara hingga saat ini masih lestarikan.

1. Tari Sintren, Cirebon

Tari Sintren atau Lais adalah tarian yang beraroma magis, bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Tarian ini hanya disajikan saat masyarakat mengalami kemarau panjang.

Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Jumat Tema Hari Pahlawan 10 November

Biasanya ritual tari sintren ini diadakan selama 40 malam berturut-turut. Namun doa dan harapan tetap dipanjatkan pada Yang Maha Kuasa agar hujan cepat turun yang dilakukan oleh seorang pawang sintren.

Penari sintren adalah seorang perempuan yang harus benar-benar masih gadis suci (perawan). Sedangkan pemain lais yang perankan oleh pria, harus benar-benar bujang (masih perjaka). Tarian ini dilakukan oleh sang penari dalam keadaan tidak sadar atau kesurupan.

2. Tari Gundala-Gundala, Karo

Tari gundala-gundala dikenal juga dengan sebutan tari Gundala Karo merupakan tari berasal dari Kabupaten Karo yang terletak di kawasan Bukit Barisan, Sumatera Utara.

Tarian gundala-gundala disajikan saat warga Karo mengalami kemarau panjang dan ritual ini dilakukan warga untuk memanggil hujan atau dalam bahasa batak di sebut Ndilo Wari Udan. Para penari Gundala menggunakan kostum dengan pakaian seperti jubah dan topeng yang terbuat dari kayu.

Baca Juga: Jadwal dan Lokasi Vaksin di Kota Surakarta Bulan November 2021, Dibuka Pelayanan Sore dan Malam

3. Tradisi Ojung, Bondowoso

Di setiap akhir musim kemarau yang panjang, Desa Tapen, Kecamatan Bondowoso, Jawa Timur, warga berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. Ritual ini dilakukan sebagai permohonan untuk memanggil hujan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ritual ojung, dua orang pria berhadapan dengan bertelanjang dada sambil menggenggam erat sebatang rotan. Pertarungan ini akan dipimpin oleh seorang wasit.

4. Tradisi Cambuk Badan Tiban, Tulungagung

Ritual ini merupakan tradisi warisan raja Kediri yang terus dilestarikan oleh warga desa Trajak, Boyolali, Tulungagung, Jawa Timur, hingga saat ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ibnu Fajar

Sumber: Kemenkopmk.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X