KONTENJATENG.COM - Tradisi penerbangan balon udara raksasa secara liar saat syawalan di wilayah Pekalongan dan sekitarnya menjadi perhatian AirNav Indonesia.
Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol syukur dan kegembiraan setelah Hari Raya Idul Fitri, tetapi juga menarik perhatian karena potensinya mengganggu keselamatan penerbangan. Terutama di rute W45, salah satu jalur terpadat di Indonesia.
Tiap tahun, lembaga penyelenggara navigasi penerbangan nasional itu berusaha agar tidak ada balon udara raksasa liar yang terbang di langit Pekalongan. Oleh karena itu, AirNav Indonesia sangat mengapresiasi gelaran Festival Balon Pekalongan 2024 yang digelar Pemerintah Kota Pekalongan.
''Kami berharap masyarakat akan menjadi lebih paham akan bahaya balon yang diterbangkan secara liar, karena dapat mengganggu keselamatan penerbangan,'' terang Direktur Keselamatan, Keamanan, dan Standarisasi AirNav Indonesia, Ahmad Nurdin Aulia usai menyaksikan Grand Final Festival Balon Pekalongan 2024 di Lapangan Mataram, Kota Pekalongan, Rabu 17 April 2024.
Disampaikan, bahaya balon udara raksasa liar dari penerbangan antara lain karena kekhawatiran akan menutupi pandangan pilot saat pesawat tengah terbang. Bahkan, jika balon udara masuk ke mesin berpotensi besar membuat mesin pesawat bermasalah.
Apalagi kalau tengah terbang, ujar Ahmad Nurdin, pesawat akan susah melambat sehingga bila ada balon udara liar sangat berbahaya yang dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya saja, dapat menimbulkan kecelakaan.
''Ada 68 laporan pada tahun lalu, kini hanya sekitar belasan. Itu laporan dari pilot yang melihat adanya balon raksasa liar saat terbang di atas wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Kami berharap angka ini akan terus menurun,'' ungkapnya.
Ketika ada laporan pilot tentang balon udara liar, AirNav Indonesia akan menyuruh pesawat menghindari jalur tersebut, sehingga tidak membahayakan keselamatan penerbangan.
Ahmad Nurdin menyebut langit Pekalongan termasuk jalur padat penerbangan di Indonesia. Tiap hari diperkirakan ada sekitar 3.000 penerbangan yang melalui langit Pekalongan.
''Kami tentunya ingin menghindarkan adanya kemungkinan kecelakaan yang bisa timbul akibat balon raksasa liar. Kalau dibiarkan, bisa-bisa nanti wilayah udara di Indonesia dinilai tidak aman untuk jalur penerbangan,'' jelas dia.