Pasca Satu Tahun Pasar Weleri Kebakaran, Pegiat Seni Weleri Gelar Performance Art

photo author
- Minggu, 12 Desember 2021 | 17:04 WIB
Performance Art Angklung./Ibnu Fajar/Kontenjateng.com
Performance Art Angklung./Ibnu Fajar/Kontenjateng.com

KONTENJATENG.COM - Pegiat seni weleri gelar performance art di Pasar Weleri sebagai bentuk dukungan aksi peduli pedagang korban pasca satu tahun kebakaran Pasar Weleri, Sabtu (11/12/2021) Malam.

Diketahui sebelumnya telah di gelar aksi yang diikuti oleh forum pedagang dan keluarga korban kebakaran pada hari Jumat sore di Pasar Weleri, dalam aksinya massa menuntut pembangunan kembali pasar Weleri pada lokasi yang sama.

Kegiatan performance art ini merupakan kegiatan lanjutan aksi hari jumat kemaren. Namun, kegiatan performance art ini diikuti oleh para pegiat seni se Kecamatan Weleri.

Dalam kegiatan performance art tersebut pegiat seni mengemas aksinya dengan mempersembahkan teatrikal dengan judul "Titik Balik" yang di sutradarai oleh Hendrik pegiat seni teater.

Teatrikal
Teatrikal
Menurutnya, Hendrik sebagai sutradara menjelaskan teatrikal tersebut bercerita tentang dampak perekonomian para pedagang yang menjadi korban kebakaran Pasar Weleri yang sudah satu tahun ini kondisinya masih utuh dan belum ada tempat pasti untuk berjualan bagi para pedagang, karena diketahui pasar sementara yang berada di terminal Bahurekso dua kali roboh.

"Kami mengapresiasi dan memberi suport untuk para pedagang, korban maupun di lingkungan sekitar yang masih bingung mau beli dimana? mau jualan dimana?." ungkapnya.

Dalam adegan teatrikal tersebut, ia juga menggabungkan seni budaya yang ada di weleri seperti angklung dari payung untuk mengisi ilustrasi musik didalam adegan tersebut dan seni budaya barongan salah satu icon seni budaya tradisional dari Weleri.

Baca Juga: Jelang Nataru 2021, Jasa Raharja Luncurkan Aplikasi Silaturahmi Online 'Sayang JR'

Selain itu juga ada pembacaan puisi dengan judul "Pasar Weleri 365 Hari" karya Kiki, yang dibacakan oleh Mufli didalam adegan teatrikal itu.

"kenapa kita tampilkan disitu ada angklung, terus puisi dari pegiat seni sastra, terus ada seni budaya yang menjadi icon weleri yaitu barongan dan juga tetrikal mewakili para pedagang. Harapannya dengan "Titik Balik" Pasar Weleri yang kebaran bisa kembali seperti semula dan tempat yang semula," imbuh Hendrik.

Azam, salah satu pedagang saat berada di lokasi mengatakan, bahwa pemerintah dinilai sangat lambat terkait pembangunan Pasar Weleri dalam jangka waktu satu tahun masih mediasi dan belum ada kejelasan untuk pedagang.

Baca Juga: GMPK Jawa Tengah Apresiasi Langkah Ganjar Jadikan Pelajar sebagai Agen Antikorupsi

"Kita berharap Pasar Weleri tetap disini dan Kios yang akan dibangun harus dibagikan gratis, tempat disini harga mati menurut saya," ujarnya.

Ia juga menjelaskan alasan pemerintah memindahkan Pasar Weleri karena akan di bangun pasar modern yang artinya mengalahkan pemodal besar demi kepentingan pedagang kecil

"Secepatnya Bupati paling tidak memprioritaskan pembangunan Pasar Weleri secepatnya, karena kita pedagang sudah terabaikan selama setahun ini nasib kita entah kemana, mungkin kalo yang modal besar bisa banyak pilihan, tapi kalo yang tidak kan kasihan karena masih menggantukan dari Pasar ini," jelas Azam.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ibnu Fajar

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X