Tak dipungkirinya, banyak kendala yang dihadapi mulai ketakutan warga saat itu, kecurigaan dan banyak lagi.
Namun Yusuf, bisa dikatakan cukup berpengalaman. Pasalnya 2 tahunan saat masih di jaringan teroris pernah ditugaskan ikuti pelatihan dan bergabung perang di Filipina. Terkait tuduhan, ia dianggap pernah menjadi bagian jaringan Jamaah Islamiyah (JI).
"Proses berbaurnya lagi cukup melelahkan. Pernah juga diajak gabung lagi sama teman-teman jaringan yang lama. Itu saya butuhkan buat lepas dari semuanya sampai 2,5 tahun," cerita Yusuf.
Ia masih ingat betul ketika ditangkap Densus 88 di s rumah kontrakannya, karena kedapatan menyimpan amunisi dan 26 bom rakitan yang diperkirakan daya ledaknya dua kali lipat dari Bom Bali.
Bahan peledak itu adalah titipan dari tersangka Bom JW Marriot 2003, Musthofa alias Abu Tholut yang sudah lebih dulu ditangkap di Bekasi dan divonis 7 tahun penjara.
Selama di penjara, Yusuf banyak merenung. Dia memikirkan aksi-aksi yang pernah dilakukannya dan mengaku menyesal. Disitulah ia mulai sadar dan ingin berubah menjadi manusia normal pada umumnya.
"Begitu bebas keluarga juga selalu was-was dicurigai. Disitulah saya ingin keluar dari zona itu dan menunjukkan kepada keluarga terutama masyarakat, kalau saya sudah berubah dan tidak membahayakan toh kita sesama muslim," kenangnya.
Berbagai cobaan begitu bebas juga dirasakan, bahkan dunia kerja seakan tertutup, ia merasa dititik zeronya zero. Untuk itu, ia mulai bangkit dengan banyak mengikuti seminar-seminar.