Biden Ogah Akui Tata Pemerintahan Taliban di Afganistan, Ini Alasannya

photo author
- Selasa, 7 September 2021 | 14:44 WIB
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden geram pasukan militernya tewas di Afghanistan/Instagram.com/@joebiden
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden geram pasukan militernya tewas di Afghanistan/Instagram.com/@joebiden

KONTENJATENG.COM - Taliban berhasil menguasai Afganistan. Hal itu tentu menimbulkan gelombang protes yang luar biasa di dunia.

Hal itu juga yang diutarakan oleh pemerintahan Amerika Serikat.

Di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden, Amerika Serikat ogah mengakui Taliban sebagai pemerintahan baru di Afganistan.

Secara tegas Biden mengatakan hal itu sebagai bentuk ketidaksetujuannya atas penguasaan Taliban di Afganistan.

Baca Juga: Gus Yasin Upayakan Bantuan Alat Donor Plasma Konvalesen untuk Blora

Hal itu disampaikan oleh reporter Gedung Putih Sophia Cai di akun Twitternya, Selasa, 7 September 2021.

"Presiden Biden memberi tahu saya bahwa AS tidak mengakui pemerintahan Taliban di Kabul — “Itu masih jauh,” katanya, setelah kembali ke Gedung Putih," kata Sophia Cai.

Pernyataan Joe Biden itu mengikuti pesan yang disampaikan oleh sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki, yang menyebutkan Presiden AS "tidak terburu-buru" untuk mengakui Taliban dalam peran di Afganistan.

"Itu akan sangat tergantung pada perilaku [Taliban], dan apakah mereka memenuhi harapan komunitas global",kata Jen Psaki, dikutip dari Sputnik News.

Baca Juga: Masa Pandemi Membuat Praktik Prostitusi Online Kian Menjamur, Tarif Sekali Kencan Mulai dari Rp500 Ribu

Komentar serupa juga digaungkan oleh Departemen Luar Negeri AS.

Komentar terakhir Joe Biden muncul ketika juru bicara Taliban Ahmadullah Muttaki mengungkapkan bahwa kelompok itu telah menyelesaikan garis besar pemerintahan barunya dan pengumuman resmi akan segera disampaikan.

Hingga saat ini, banyak pemimpin dunia telah menunda mengakui Taliban sebagai pemerintah resmi yang berkuasa di Afghanistan. Bahkan, pejabat telah menyatakan bahwa mereka malah akan memantau perilaku kelompok sebelum membuat komitmen tersebut.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Eko Wahyu Budi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X