Tema Khutbah Jumat 19 November 2021 : Edisi Gerhana, Covid-19 dan Keagungan Allah SWT

photo author
- Kamis, 18 November 2021 | 16:00 WIB
Tema Khutbah Jumat 19 November 2021 : Edisi Gerhana, Covid-19 dan Keagungan Allah SWT. /
Tema Khutbah Jumat 19 November 2021 : Edisi Gerhana, Covid-19 dan Keagungan Allah SWT. /

KONTENJATENG.COM - Berikut naskah Khutbah Jumat 19 November 2021 dari laman NU Online. Khutbah Jumat ini bertemakan Gerhana Bulan, Covid-19 dan Keagungan Allah SWT.

Seperti diketahui pada tanggal 19 November 2021 ini akan terjadi fenomena Gerhana Bulan. Oleh karena itu tema Khutbah Jumat ini bertemakan Gerhana Bulan, Covid-19 dan Keagungan Allah SWT.

Edisi Gerhana Bulan pada 19 November 2021 ini, maka artikel kali ini akan menyajikan terkait Gerhana Bulan.

Baca Juga: 10 Ucapan Milad Muhammadiyah ke-109 dari Tokoh Nasional, Mulai dari Khofifah, Gus Yaqut hingga Sandiaga Uno

Baca Juga: Link Streaming Nonton Film Eternals dan Sinopsis : Dibintangi Salma Hayek, Angelina Jolie dan Richard Madden

Baca Juga: Mars Muhammadiyah Sang Surya Ciptaan Djarnawi Hadikosoemo, Cocok Dinyanyikan Saat Milad Muhammadiyah ke-109

Berikut naskah khutbah Jumat singkat dari laman NU Online, berikut naskahnya :

Khutbah I

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِـيْمَ ×٩
الحَمْدُ لِلّٰهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخِرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرّحِيمُ الغَفُوْرُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ

Para hadirin jamaah shalat gerhana yang semoga dimuliakan Allah,
Allah sudah menetapkan bahwa parameter pokok kemuliaan seseorang adalah ketakwaannya. Inna akramakum ‘indallâhi atqâkum (QS al-Hujurat: 13). Karena itu khatib dalam kesempatan ini mengingatkan diri sendiri dan kepada jamaah sekalian agar meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah ﷻ, dengan menjalankan segenap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral Muslim hafidhakumullah,

Sebagai umat Islam kita wajib meyakini bahwa segala keberadaan di alam semesta ini, baik tampak maupun yang gaib, adalah makhluk Allah ﷻ. Kehendak Allah bersifat mutlak, siapa pun dan apa pun tiada yang sanggup menghalangi atau memaksa-Nya. Meski demikian, tidak ada satu pun keberadaan di semesta raya ini tercipta secara main-main atau sia-sia. Artinya, di balik setiap makhluk Allah yang tak terhitung jumlahnya itu ada makna dan kebijaksanaan, terlepas kita mengetahuinya atau tidak.

Di antara ciptaan sejagat itu manusia adalah makhluk paling bagus secara bentuk. Allah ﷻ menganugerahinya akal sehat sehingga memiliki kemampuan untuk berpikir, mempertimbangkan, serta membedakan benar-salah dan baik-buruk. Kemampuan ini selain merupakan keistimewaan, juga sekaligus menjadi beban: manusia bertanggung jawab atas karunia akalnya itu sebagai sarana penghambaan penuh kepada Allah ﷻ, serta memberi kemaslahatan kepada alam dan sesama manusia. Akal itu kemudian Allah lengkapi dengan anugerah lain berupa wahyu yang turun melalui para rasul-Nya.

Ma’asyiral Muslim hafidhakumullah,

Apa sesungguhnya hubungan manusia dan alam semesta? Keduanya memang berasal dari satu muasal, yakni Allah ﷻ. Namun, sebagai makhluk yang menerima mandat sebagai khalifah di muka bumi, manusia mempunyai kedudukan spesial untuk menjadikan alam semesta sebagai hal yang bermanfaat untuk dirinya, juga sebagai perantara mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Dalam konteks ini, alam tak ubahnya ayat, tanda yang menghantarkan kesadaran kita kepada kekuasaan dan keagungan Allah ﷻ.

Pada hakikatnya, semua yang Allah ciptakan di dunia ini, baik fisik maupun non-fisik tak lebih dari sekadar tanda. Kita biasa menyebutnya ayat kauniyah, “ayat realitas” yang biasa dibedakan dengan ayat qauliyah yang berupa teks di dalam kitab suci. Sebagaimana air mendidih di atas kompor, yang membuat kita secara refleks berpikir tentang kepastian adanya energi panas api di bawahnya, begitu juga seharusnya kita dalam merespons berbagai fenomena di alam semesta ini dengan segala kerumitan dan kedahsyatannya. Ia semestinya secara otomatis mengajak kita untuk berpikir tentang hadirnya Sang Pengendali atau Sang Penguasa jagat raya (rabbul ‘âlamîn). Dengan kata lain, semesta makhluk ini hanyalah ayat (tanda) adanya Dzat Yang Mahaada, sumber dari seluruh keberadaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Otong Fajari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X