KONTENJATENG.COM-Sabda pandita ratu dan budi bawalaksana adalah dua hal penting dalam khasanah kepemimpinan Jawa.
Kedua kualitas ini merupakan modal penting untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil.
Dikutip dari akun instagram @pakarkejawen, Berikut arti dan makna sabda pandita ratu dan budi bawalaksana selengkapnya.
Sabda pandita ratu tan kena wola-wali. Artinya, ucapan seorang pendeta (atau raja) tidak boleh berubah-ubah.
Tidak boleh mencla-mencle. Apa yang dikatakan, maka itulah yang akan menjadi pegangan bagi rakyatnya. Apa yang telah diungkapkan, maka itulah yang harus ia laksanakan.
Baca Juga: Melihat Makna dan Filosofi Rumah Joglo Adat Jawa Tengah yang Mulai Hilang Terkikis Jaman
Demikian halnya dengan budi bawalaksana. Pemimpin yang baik adalah yang ‘luhur ing budi, jumbuh antaraning bawa lan laksana’. Alias berbudi luhur, dan sesuai antara ucapan dan tindakannya.
Kualitas ini bisa dilihat dari iklan yang dipajang manakala pemilihan umum menjelang.
Mampukah para pemimpin itu menjaga amanah? Terpenuhi atau tidakkah janji-janji yang diutarakan selama masa kampanye berjalan? Itulah yang akan membuktikan, berhasil tidaknya pemimpin yang bersangkutan.
Istilah sabda artinya kata, ucapan, janji atau pernyataan. Sedangkan pandhita merupakan simbol kejujuran, yang tidak pernah berbohong ataupun ingkar.
Baca Juga: Pesugihan Kyai Molor, Semakin Buruk Rupa Maka Semakin Kaya Raya, Simak Selengkapnya Disini
Adapun istilah ratu merujuk pada pemangku kekuasaan. Sekali bersabda, maka apa yang dikatakan seorang raja akan didengar oleh rakyatnya sebagai harapan.
Ibarat stempel, sekali dicap jadilah untuk selamanya.