“Satu level yang cukup rendah, cukup moderate dibandingkan dengan banyak negara. Kita memahami bahwa debt to GDP ratio memang bukan satu-satunya indikator. Kita juga perlu memastikan utang ini kita kelola dengan baik,” terang Suminto.
Sebagai pembanding, Malaysia mencatatkan rasio utang 61,9 persen, Filipina 62 persen, Thailand 62,8 persen, India 84,3 persen, dan Argentina 116,7 persen.
Sementara Vietnam berada di kisaran 37,2 persen, hampir setara dengan Indonesia.
Suminto menambahkan, naiknya nominal utang tidak selalu berarti memburuk, sebab kenaikan PDB turut memperkuat kemampuan bayar negara.
“Utang akan dibiayai oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi akan menyebabkan kita mendapatkan penerimaan negara yang lebih tinggi juga,” tambahnya.
Mayoritas Utang dalam Rupiah, Risiko Kurs Terbatas
Menurut Kemenkeu, struktur utang Indonesia juga relatif sehat, yaitu sekitar 71-72 persen utang kini dalam mata uang rupiah, sedangkan sisanya 28-29 persen dalam valuta asing.
“Ini merupakan komposisi yang baik sehingga kita dapat mengelola risiko pergerakan kurs dengan baik,” tutur Suminto.
Kondisi ini, menurutnya, membuat Indonesia tak terlalu rentan terhadap fluktuasi nilai tukar atau kurs yang kerap mengguncang pasar keuangan global.
Menkeu: Nominal Bukan Segalanya
Di lain pihak, Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan total utang sebesar Rp9.138 triliun masih dalam batas aman dan tidak perlu dijadikan hal yang patut dikhawatirkan.
“Kalau acuan utang bahaya besar atau enggak, itu bukan dilihat dari nominalnya saja, tapi diperbandingkan dengan ekonominya," terang Purbaya dalam sesi media gathering daring, pada Jumat, 10 Oktober 2025.
"Ini kan Rp9.000 triliun itu sekarang masih di bawah 39 persen dari PDB, kan? Jadi dari standar ukuran internasional, itu masih aman,” imbuhnya.
Purbaya lalu membandingkan rasio utang Indonesia dengan negara besar lain, yaitu Jerman di atas 100 persen, Amerika Serikat di atas 100 persen, bahkan Jepang lebih dari 250 persen.
Meski begitu, Menkeu menegaskan pihaknya akan menekan penerbitan utang baru dengan memperbaiki kualitas belanja negara.
Artikel Terkait
Dinkop dan UMKM Jateng Diminta Tuntaskan Kasus Uang Nasabah BMT Mitra Umat yang Belum Cair, DPRD dan Pemkot Pekalongan Bantu Kawal Penyelesainnya
Mohammad Saleh: Kesetaraan Hak Disabilitas Harus Jadi Prioritas Kebijakan Publik
Pemuda Pancasila Kota Semarang Gelar Aksi Bersih Lingkungan Jelang HUT ke-66
Telisik Kasus Penemuan Mayat Wanita di Pejaten Barat: Dugaan Eksploitasi Anak hingga Pemeriksaan Pihak Spa
Runtuhnya Ponpes Al Khoziny dan Perdebatan soal Penggunaan APBN untuk Bangun Ulang
Garuda Terhenti di Ronde Keempat, Erick Thohir Akui Belum Mampu Wujudkan Mimpi Piala Dunia
Sorotan Khusus: Aksi Bela Palestina di Kedubes AS, 250 Bus Jawa-Sumatera Penuhi Jakarta
Detik-Detik Kecelakaan Tragis Mahasiswa UNM di Jembatan Kembar: Terpental ke Sungai Jeneberang
3 Jejak Kasus Penipuan Wonogiri di Balik Pernikahan Viral Kakek Tarman di Pacitan
Kluivert di Kursi Pelatih Garuda: Menakar Statistik Timnas Indonesia di Bawah Sentuhan Juru Taktik Belanda