"Hal tersebut kemudian ternyata menjadi sangat sensitif, warga melepas semua bajunya, diputar-putar, dan itu riuh betul. Kalau kemarin tidak bisa dikendalikan, maka pasti akan ada potensi - potensi lain. Maka harapan kami kedepan bisa ada cara yang lebih edukatif, persuasif, dan adem," tuturnya.
Senada, salah satu anggota Tim Hukum, John Richard Latuihamallo, menurturkan adanya persepsi yang tidak sama di tingkat kota dan kecamatan.
"Hari ini kita diskusi, nggak usah kaku - kaku, karena saya mendapat informasi ada ketidakseragaman antara yang di kota dan kecamatan, la ini yang bisa menjadi acuan yang mana," pungkas John.
"Ini tidak ada saling menyalahkan, kami hanya minta agar jelas pelaksanaan itu bagaimana. Sehingga besok jangan seperti itu lagi, sebab kalau terjadi lagi, kami tim hukum yang disalahkan, karena dianggap paham hukum," tekannya.(nug/kj)