Cak Nan itu, kata Denny adalah panggilan untuk ayahandanya yang berasal dari Surabaya. Nama aslinya Kasnan.
Denny mengatakan jalan hidupnya sebelum melahirkan lagu Kartonyono sangat berat. Jadi anak dari penjual cilok keliling, keluarganya sering diremehkan. Bahkan kuliahnya pun tersendat-sendat karena keterbatasan biaya.
"Untuk membiayai itu saya kerja jadi penyapu jalanan sebagai pegawai outsourcing dinas LHK," katanya.
Namun beratnya jalan hidup yang dia jalani tidak membuat surut. Sebagai penyanyi, Denny mengatakan banyak menyontoh dari sosok almarhum Didi Kempot yang makamnya juga ada di Ngawi. Perjuangan tidak kenal lelah almarhum Didi Kempot itulah yang terus melahirkan energi bagi dia berkarya.
"Dulu sebelum saya melahirkan lagi Kartonyono Medot Janji itu, saya sering sowan beliau (Didi Kempot) sharing pengalaman, dan pengetahuan dunia musik tradisi. Pesan beliau hanya satu, berkarya berkarya dan berkarya. Nanti apa jadinya apa itu urusan nomor sekian," katanya.
Lagi Kartonyono Medot Janji, misalnya. Denny juga tidak mengira lagu itu akan boom di Tanah Air dan jadi idola muda-mudi. Pasalnya lagu itu hanya mengisahkan kisah cinta sederhana dengan latar belakang yang jauh dari kota, yaitu perempatan Kartonyono.
"Mulanya banyak temen-temen curhat putus cinta. Dan waktu itu saya melihat perempatan Kartonyono lagi dibongkar. Ya akhirnya jadi lagu itu," katanya.(nug/kj)