KONTENJATENG.COM - Bandara Ahmad Yani Semarang yang dulu menjadi kebanggaan sebagai gerbang internasional, kini hanya melayani penerbangan domestik.
Keputusan ini membawa dampak besar bagi banyak pihak, mulai dari maskapai penerbangan hingga para pelaku bisnis di kawasan bandara.
Sejak diresmikan, bandara ini mengalami tantangan berat.
Baca Juga: Universitas Semarang Gelar USM CUP 2025, Komitmen Dukung Pembinaan Atlet Bulu Tangkis
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia bertepatan dengan pembukaannya, memaksa penghentian operasional dan menghilangkan penerbangan internasional.
Sayangnya, meskipun pandemi telah berlalu, jumlah penumpang tak kunjung pulih ke tingkat yang diharapkan.
Dari pengamatan di lokasi, aktivitas di bandara tampak berjalan normal.
Namun, di sisi lain, puluhan tenant yang berada di kawasan bandara justru terlihat sepi.
Para penjaga toko hanya bisa berharap ada pengunjung yang mampir ke gerai mereka.
“Fasilitas di sini memang lengkap, tapi sepertinya belum ada terobosan dari pihak bandara untuk meningkatkan arus penumpang,” ujar Adrian, salah seorang penjaga tenant belum lama ini.
Baca Juga: Perkuat Dukungan Hukum, Pegadaian Kanwil Semarang Jalin Kerjasama dengan Kejati Yogyakarta
Ia mengungkapkan, meskipun ada hari-hari tertentu bandara tampak ramai, jumlah pengunjung yang berbelanja di tenant-tenant tidak sebanding dengan harapan mereka.
Dampak dari sepinya penumpang juga terlihat dari banyaknya papan reklame kosong di sekitar bandara.
Baik di luar, mulai dari gerbang utama, maupun di dalam bandara, papan iklan yang biasanya penuh kini dibiarkan tak terisi.