semarang

PTM di Semarang Perlu Dievaluasi Total, Pemerintah Bantah Tidak Benar Ada Kluster di Sekolah

Sabtu, 25 September 2021 | 13:06 WIB
Pengamat pendidikan Dr. Sudharto, MA. (Foto : Otong Fajari/kontenjateng.com)

KONTENJATENG.COM - Pengamat pendidikan Sudharto mengatakan kasus terpapar Covid-19 pada sejumlah siswa dan guru sekolah di Kota Semarang, menjadikan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas perlu dievaluasi secara menyeluruh.

Menurutnya, kesiapan yang matang dari semua pihak, mulai dari pihak sekolah, komite sekolah, dinas terkait, dan orang tua siswa menjadi kunci utama suksesnya PTM. Misalnya, ada izin dari orang tua siswa terkait boleh dan tidaknya siswa ikut PTM, penerapan prokes yang ketat di sekolah, vaksinasi guru dan siswa serta pengawasan yang ketat di luar sekolah dari orang tua siswa akan penularan Covid-19.

"Memang sulit melakukan itu semua namun harus tegas diterapkan karena cara memutus mata rantai Covid-19 ya dengan prokes yang ketat dan vaksinasi. Jangan sampai prokes di sekolah tegas di awal PTM namun jadi longgar atau abai di hari-hari berikutnya," ujar Sudharto saat ditemui kontenjateng.com di ruang kerjanya, Sabtu (25/9/2021).

Baca Juga: Berikut Cara Dapatkan QR Code PeduliLindungi untuk Gedung Perkantoran

ia juga menyadari karena dirinya pernah menjadi seorang guru, bahwa banyak anak sekolah yang sudah merasa jenuh dengan sistem pembelajaran daring dan ingin sekali bertemu dengan teman sekolahnya.Namun karena kondisi masih pandemi, pihak sekolah baru bisa menyelenggarakan PTM terbatas, sisanya melalui daring.

"Seorang anak khan sudah kodratnya ingin berkumpul, bersenda gurau dan bercanda dengan teman-temannya. makanya mereka kangen ingin sekali ketemu teman-temannya di sekolah. Inilah yang menjadi perhatian bersama. Untungnya, PTM terbatas itu secara bergantian siswa hadir di sekolah," katanya.

Sudharto menambahkan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Semarang perlu intensif memantau dan mengawasi sekolah yang sudah menyelenggarakan PTM terbatas. Hal ini perlu karena berkaitan dengan keakuratan data penyebaran Covid dimana akan terlihat sekolah di wilayah mana yang siap menyelenggarakan PTM.

"Dinas terkait khan punya data wilayah yang sudah aman atau sekolah mana yang belum siap PTM. Itu diintensifkan agar jangan sampai ada sekolah yang PTM tapi rawan penularan Covid-19. Jadi harus setiap hari memantau dan mengawasi jangan sampai lengah," kata pengurus YPLP PT PGRI Kota Semarang ini.

Baca Juga: Primbon Jawa: Watak, Sifat, Karakter Orang dengan Weton Sabtu Legi, Mudah Bergaul dan Ceria

Secara terpisah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyampaikan klarifikasi bahwa tidak benar ada klaster Covid-19 di sekolah, terutama selama PTM digelar.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Jumeri, menjelaskan bahwa isu mengenai 2,8 persen klaster Covid-19 di sekolah adalah laporan kasus positif Covid-19 biasa. Menurutnya bukan berarti tertular saat mengikuti PTM terbatas.

"Angka 2,8 persen satuan pendidikan bukanlah data klaster Covid-19, tetapi data satuan pendidikan yang melaporkan adanya warga sekolah yang pernah tertular Covid 19. Sehingga, lebih dari 97 persen satuan pendidikan tidak memiliki warga sekolah yang pernah tertular Covid -19, Jadi, belum tentu klaster," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat 24 September 2021.

Ia menjelaskan, belum tentu juga penularan Covid-19 itu terjadi di satuan pendidikan. Data tersebut didapatkan dari laporan 46.500 satuan pendidikan yang mengisi survei dari Kemendikbud Ristek.

“Satuan pendidikan tersebut ada yang sudah melaksanakan PTM terbatas dan ada juga yang belum," kata Jumeri.

Jumeri menjelaskan bahwa angka 2,8 persen satuan pendidikan yang diberitakan menjadi klaster Covid-19 itu bukanlah laporan akumulasi dalam kurun waktu satu bulan terakhir.

Halaman:

Tags

Terkini