Dampak Pandemi Covid-19, Usaha Kos-Kosan di Jatinangor Sepi Bahkan Ada Yang Kamarnya Kosong Semua

photo author
- Sabtu, 7 Agustus 2021 | 11:36 WIB
Akibat Pandemi Covid-19, bisnis kos-kosan di Jatinangor Kabupaten Sumedang sangat sepi dan alami penurunan.*/DIKI KEWOY /
Akibat Pandemi Covid-19, bisnis kos-kosan di Jatinangor Kabupaten Sumedang sangat sepi dan alami penurunan.*/DIKI KEWOY /

KONTENJATENG.COM – Kecewa dan pasrah karena sudah hampir setahun setengah pandemi Covid-19 belum juga usai. Itulah yang dirasakan para pengusaha kos-kosan (indekos) di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.

Seperti yang dialami H. Ismet Suparmat (72), sejak virus Corona mewabah, secara ekonomi para pengusaha kos-kosan terkena dampak langsung bahkan usahanya lumpuh total terkena imbasnya.

Terpuruknya usaha pondokan di Jatinangor, pengaruh kebijakan pemerintah yang memberlakukan perkuliahan daring di rumah.

Tak pelak, para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia yang dulunya ngekos di tempatnya, semuanya pulang kampung, mengosongkan kamar indekosnya.

Ditambah lagi pemerintah setempat belum pernah membantu para pengusaha pondokan tersebut.

"Saya punya 30 kamar kos, semuanya kosong. Semua mahasiswanya pulang kampung dengan adanya perkuliahan daring. Mahasiswanya, ada yang dari Riau, Jember dan dari daerah lainnya. Jadi, usaha pondokan saya di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, nol," ujar Ismet menandaskan ketika ditemui di rumahnya, di Jalan Ir. Soekarno, Desa Hegarmanah, Kec. Jatinangor, Jumat, 6 Agustus 2021.

Baca Juga: Pertamina Komitmen Salurkan Solar Subsidi Untuk Nelayan Kendal

Dengan kosongnya semua kamar kosan miliknya, sudah pasti usahanya merugi. Dari 30 kamar indekos miliknya, 10 kamar indekos di antaranya, masing-masing disewakan Rp800.000 per bulan. Sementara yang 20 kamar indekos lainnya dikontrakan masing-masing Rp7,5 juta per tahun.

"Pendapatan dari 10 kamar saja yang dulu (sebelum Covid-19) disewakan kepada mahasiswa setiap bulannya Rp8 juta, sekarang melayang. Padahal, pendapatan itu untuk biaya sehari-hari saya. Itu baru yang bulanan, ditambah lagi yang tahunan. Ini nyata, dialami oleh semua pengusaha pondokan di Jatinangor ini," ucapnya meluapkan kekecewaannya.

Sementara, kata Ismet, biaya listrik, air dan sampah tetap harus dibayar setiap bulannya. Belum lagi, biaya pemeliharaan bangunan dan gaji para pegawai.

Maka tak heran, imbas Covid-19, banyak pengusaha pondokan yang hendak menjual pondokannya akibat rugi besar. Sebab modal mereka membangun rumah pondokan, sebagian besar hasil pinjaman uang ke bank. Diperberat lagi, mereka mesti membayar biaya listrik, air, pegawai dan biaya operasional lainnya.

"Tak sedikit pengusaha pondokan di Jatinangor yang memasang pelang ‘dijual’. Cuma persoalannya, siapa yang mau beli di masa ekonomi yang serba sulit seperti sekarang ini?" katanya.

Alih-alih, jumlah pengusaha pondokan di Jatinangor, bukan ratusan tapi mencapai puluhan ribu orang. "Di wilayah RT saya saja, jumlah pengusaha pondokannya sampai ratusan. Se-Desa Hegarmanah bisa mencapai ribuan.

Berarti, kalau se-Kec. Jatinangor bisa sampai puluhan ribu pengusaha. Pendapatan yang hilang dari usaha pondokan di Kec. Jatinangor, bisa sampai miliaran rupiah.

Coba bayangkan, begitu besar kerugian ekonomi imbas Covid-19 ini. Itu baru dari usaha pondokan saja, belum usaha masyarakat lainnya," ujar Ismet yang juga mantan Ketua DPRD Kab. Sumedang dua periode 1999-2004 dan 2004-2009.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Otong Fajari

Sumber: zonapriangan.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X