Harga Cabai Merah Terus Merosot, Petani Majalengka Menjerit

photo author
- Minggu, 29 Agustus 2021 | 17:04 WIB
Cabai. Foto: Pixabay
Cabai. Foto: Pixabay

KONTENJATENG.COM - Petani cabe merah Kecamatan Argapura menjerit, lantaran harga cabai yang saat ini terus merosot. Petani cabai pun mengalami kerugian yang cukup besar.

Harga jual cabe merah di tingkat petani kini hanya Rp5.500 hingga Rp6.000 per kg. Sementara biaya petik mencapai Rp50.000 setengah hari dan setiap pekerja hanya mampu memetik cabe dibawah 8 kg.

Dampaknya, sebagian petani tidak memanen dan membiarkan cabai kering di pohonnya. Hal ini untuk menghindari kerugian yang semakin besar.

Hal itu disampaikan Dadi petani cabe di Desa Argalingga, Kecamatan Argapura.

Baca Juga: Pendaftaran Free Fire Max Dibuka Hari Ini Minggu 29 Agustus 2021, Dapatkan Kode Redeem Hadiah Spesial

Sementara itu, Ade petani di Sukadana, Kecamatan Argapura mengatakan harga cabe keriting merah miliknya hanya diterima Rp5.000 di tingkat bandar serta cablak atau cengek acung (cabe rawit cablak) hanya dijual Rp4.000 per kg.

“Murah sekarang mah, jadi harus dipanen sendiri. Kalau cabe merah tanjung masih lebih mahal dibanding cabe merah biasa, selisihnya mencaai Rp5.000. Cabe merah biasa Rp5.500 per kg kalau cabe merah tanjung bisa mencapai Rp11.000. Sayangnya saya menanam cabe keriting,” ujar Ade.

Asep Surahmat yang bertani di Desa Sukasari, Kecamatan Argapura berupaya memanen aneka sayuran miliknya di kebun dan membagikannya ke tetangganya di Blok Giriasih, Komplek KPU Majalengka.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Liga Inggris Malam Ini Minggu 29 Agustus 2021

Cabe, kiciwis, labu siam, pecay dan sejumlah jenis sayuran lainnya diapenen kemudian dikemas plastik dan dibagikan.

“Dari pada dijual rugi, mending dibagikan jadi amal,” katanya.

Menurutnya bukan hanya cabe merah atau cabe domba (cengek domba) yang harganya murah, namun hampir semua jenis sayuran termasuk pecay yang harganya hanya Rp2.000 per kg, labu siam kecilpun harganya hanya Rp2.500 per kg, ukuran besar hanya Rp1.000 per kg.

“Covid berpengaruh besar terhadap harga sayuran. Menjelang bulan Hapit, Rayagung hingga Suro harga sayuran terdongkrak karena banyak yang hajatan. Sekarang sejak pandemi hajatan tidak ada, dampaknya harga cabe pun murah. Sementara petani biasanya menanam cabe untuk dipanen pada puncak bulan rayagung , mengejar tingginya kebutuhan untuk hajatan dan harga dipastikan naik. Sekarang malah sebaliknya,” tutur Asep.

Baca Juga: Sinopsis Film Becky, Remaja Psikopat Bertekat Balas Dendam Atas Kematian Ayahnya

Ketua Kelompok Petani Cabe di Kecamatan Argapura, Tatang tarsono membenarkan banyaknya petani yang membiarkan cabenya tidak dipanen karena takut menderita kerugian yang lebih besar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Arif Nugroho

Sumber: pikiran-rakyat.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X