''Kegiatan menanam ini sebelumnya sudah pernah diujicobakan di daerah Krapyak, Pekalongan Utara. Kegiatan dilaksanakan Kodim 0710/Pekalongan bersama dengan Pemkot Pekalongan. Kemudian kami di Oktober 2024 diajak untuk datang ke lokasi penanaman padi, dan melihat padinya dapat tumbuh dengan baik. Bahkan dua minggu lalu sudah panen,'' ungkap Marwadi.
Kegiatan pengolahan lahan akan segera dilakukan di sore hari, usai para petani selesai mengikuti kegiatan Capacity Building.
''Mereka akan mencoba mengolah lahan seluas 1,5 hektar dengan tahap awal berupa demonstration plot (Demplot),'' kata dia.
Jika penggarapan padi di tanah 1,5 hektar ini berhasil, maka kegiatan akan ditingkatkan hingga seluas 15 hektar. Jadi tahap awal merupakan contoh, untuk dilihat bagaimana hasilnya.
''Saat penanaman sebelumnya di Krapyak, untuk 1 hektar mampu menghasilkan 7 hingga 7,5 ton beras. Biasanya, tahap pertama penanaman di lahan eks rob masih belum optimal, sehingga harus menunggu tiga kali tanam agar dapat menghasilkan panen padi yang optimal,'' papar dia.
Sementara itu, Kepala Staf Kodim (Kasdim) 0710/Pekalongan, Mayor Arh Akhmad Thohir menyerukan dukungan penuh terhadap program ini. Pihaknya pun telah mencoba melakukan penanaman padi di eks lahan rob dan berhasil panen.
''Kami siap membantu dari aspek teknis dan pengamanan di lapangan, agar uji coba berjalan lancar. Kami memiliki banyak tenaga ahli pertanian yang cukup terlatih,'' jelasnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan, Lili Sulistyawati, menuturkan upaya revitalisasi eks lahan rob telah dilakukan bertahun-tahun.
''Dulu ada sekitar 105 hektar sawah di Kelurahan Krapyak dan Kelurahan Degayu, Pekalongan Utara, yang terendam rob. Kini sudah kembali mengering berkat penanganan intensif selama delapan tahun terakhir,'' papar dia.
Menurutnya, pengembalian fungsi lahan ini akan dilakukan secara bertahap dengan fokus pada jenis tanaman seperti padi biosalin yang adaptif terhadap salinitas tinggi.
''Kami bekerjasama dengan teknisi dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BBPSI Biogen) Bogor untuk meneliti dan mengolah pertaniannya, dengan menyesuaikan perlakuan berdasarkan tingkat salinitasnya. Kemungkinan yang di Krapyak lebih ekstrem salinitasnya dibandingkan dengan yang ada di Degayu,'' kata dia.***