regional

Aksi Ribuan Santri Tuntut Permintaan Maaf Secara Langsung Pihak Trans7 kepada Kiai dan Ponpes Lirboyo karena Tindakan Pelecehan

Kamis, 16 Oktober 2025 | 15:02 WIB
AKSI : Ribuan massa telah ramai berkumpul di halaman Gedung Aswaja Kota Pekalongan sejak siang hari, untuk menggelar aksi damai bertajuk #BoikotTrans7. (KONTENJATENG.COM/Arif Prayoga)

KONTENJATENG.COM - Ribuan massa telah ramai berkumpul di Gedung Aswaja sejak siang hari, untuk menggelar aksi damai bertajuk #BoikotTrans7. Untungnya, cuaca mendung berlangsung pada saat itu, sehingga para santri dan santriwati yang hadir tetap duduk secara tertib dengan tenang dan memenuhi halaman Gedung Aswaja Kota Pekalongan.

Aksi mereka tersebut dilakukan karena merupakan tindak lanjut atas tayangnya program Expose Uncensored yang ditayangkan oleh Trans7, yang memiliki narasi diduga melecehkan pondok pesantren beserta kiai pengasuhnya.

Sejumlah spanduk kecaman kepada televisi swasta nasional tersebut, maupun spanduk dukungan terhadap ulama dan pesantren, dibentangkan di beberapa sudut. Mereka sepakat untuk menyerukan penolakan terhadap tayangan televisi yang dianggap melecehkan martabat dunia pesantren.

Selain itu, menuntut agar Trans7 melayangkan permintaan maaf secara langsung kepada Ponpes Lirboyo.

Baca Juga: ESI Kota Pekalongan Perdana Gelar Mobile Legends Tournament, Diikuti 32 Tim Peserta se-Jawa Tengah

''Tayangan itu sangat menciderai marwah para kiai, santri dan pesantren. Kami minta agar tayangan tersebut dihapus dan mengimbau kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk memberikan sanksi kepada program acara yang melecehkan dunia pesantren itu,'' ujar H Muhtarom yang merupakan mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan, di Halaman Gedung Aswaja Kota Pekalongan, Rabu 15 Oktober 2025.

Aksi ini turut dihadiri jajaran Forkompinda Kota Pekalongan. Mulai dari Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid, Ketua DPRD Kota Pekalongan M Azmi Basyir, Kapolres Pekalongan Kota AKBP Riki Yariandi, Dandim 0710/Pekalongan Letkol Arm Ihalauw Garry Herlambang, Ketua Pengadilan Negeri (PN) Pekalongan, dan Kepala Kejaksaan Negeri.

Aaf, sapaan akrab Wali Kota Pekalongan, mengapresiasi tindakan santri dan ulama di Kota Batik yang memilih jalan damai dalam menyampaikan aspirasi dengan menggelar aksi di halaman Gedung Aswaja Kota Pekalongan.

Baca Juga: Dinkop dan UMKM Jateng Diminta Tuntaskan Kasus Uang Nasabah BMT Mitra Umat yang Belum Cair, DPRD dan Pemkot Pekalongan Bantu Kawal Penyelesainnya

''Kota Pekalongan selama ini dikenal sebagai Kota Santri. Alhamdulillah para santri menanggapi polemik ini dengan cara yang bijak dan kondusif,'' papar orang nomer satu di Kota Pekalongan ini.

Aaf mengutarakan jika Pemerintah Kota Pekalongan mendukung penuh sembilan tuntutan santri dan ulama yang ditujukan kepada Trans7 dan pihak-pihak terkait. Di antaranya, meminta klarifikasi terbuka dan pencabutan izin siar terhadap tayangan yang dianggap melecehkan pesantren.

''Kami satu pandangan. Sebagai kota dengan kultur santri yang kuat, kami ikut merasakan keresahan masyarakat terhadap tayangan yang tidak menghormati nilai-nilai keagamaan,” tegasnya.

Baca Juga: Paripurna Pandangan Fraksi atas Raperda APBD 2026, Wakil Bupati Pekalongan Sukirman Sampaikan Jika Peningkatan Pendapatan Daerah Akan Direalisasikan

Semula aksi akan digelar di depan Trans Mart, itu sangat rawan sekali kalau sampai ditunggangi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Langkah pengalihan lokasi aksi dari depan Transmart ke Gedung Aswaja, perlu dilakukan demi menjaga keamanan serta kondusifitas, dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

''Kami bertemu dengan beberapa alumni ponpes dan Ketua PCNU pula, kami arahkan untuk aksi di Gedung Aswaja saja. Alhamdulillah berjalan lancar,'' terang dia.

Sementara itu, koordinator lapangan aksi ribuan santri, MH Habib mengatakan gerakan ini bukan sekadar protes terhadap satu stasiun televisi, tetapi panggilan moral seluruh santri Nusantara untuk menjaga kehormatan pesantren dan kiai.

Halaman:

Tags

Terkini