Siswa Terancam Kurang Pendidikan Moral Agama, Sekolah Lima Hari di Kota Semarang Mendapat Penolakan

photo author
- Minggu, 17 Juli 2022 | 09:30 WIB
Siswa Terancam Kurang Pendidikan Moral Agama, Sekolah Lima Hari di Kota Semarang Mendapat Penolakan . /otongfajari/kontenjateng)
Siswa Terancam Kurang Pendidikan Moral Agama, Sekolah Lima Hari di Kota Semarang Mendapat Penolakan . /otongfajari/kontenjateng)

Baca Juga: Panduan Lengkap Membeli Rumah dengan Sistem KPR, Perhatikan Beberapa Tips Berikut Ini !!!

“Fakta membuktikan, murid yang menjalani lima hari sekolah, tak punya lagi waktu mengaji dan belajar agama di madrasah diniyyah. Sehingga mereka sangat kurang mendapat pendidikan agama,” tandas dia. 

Ketua Fraksi PKB H Sodri menanggapi, apa yang disampaikan para pengurus FKDT benar adanya. Bahwa para muris SD dan SMP akan kehilangan kesempatan belajar agama di madarasah diniyyah maupun mengaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Bahkan dalam jangka panjang bisa menjauhkan anak dari masjid dan agama (Islam). 

Hal itu tentu menurut Sodri mengkhawatirkan, sebab pemerintah selama ini belum pernah mampu memberikan pendidikan keagamaan sebagus Madrasah Diniyyah maupu TPQ. 

Baca Juga: Percantik Wajah Kota, DPU Kota Semarang Lukis MotIf Batik di Jembatan Penyebarangan Orang Jalan Pemuda

“Kami semua satu pikiran dan perasaan dengan teman-teman FKDT. Kita semua prihatin atas nasib moral anak-anak kita jika tak mengaji dan belajar agama. Dalam lima tahun Madrasah Diniyyah dan TPQ bisa hilang jika aturan sekolah lima hari itu diberlakukan sekarang,” papar Sodri.

Anggota Fraksi PKB yang duduk di Komisi D (Membidangi Pendidikan) HM Rohaini melanjutkan, keprihatinan juga menyangkut mental-kejiwaan anak-anak. 

Ia mengatakan, jika anak SD dan SMP sekolah lima hari alias belajar hingga sore, pulang sudah lelah. Waktu bermain berkurang, intensitas kedekatan dengan keluarga juga berkurang. 

Baca Juga: Siap-siap! Dana Transport Ketua RT Di Semarang Akan Naik, Cek Jumlahnya Dibawah Sini

Selain itu, sambung dia, faktor ekonomi juga terpengaruh. Yakni, para orang tua yang biasanya memberi sangu anaknya misal Rp 5 ribu, kini harus menambah menjadi misal Rp 10 karena anaknya pulang sekolah hingga sore.

“Kita patur prihatin pada kondisi mentel kejiwaan anak-anak juga. Waktu bermain berkurang. Pulang sekolah sudah kelelahan, dan interaksi dengan keluarga juga berkurang,” tuturnya.(**)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Otong Fajari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X