Fenomena Cancel Culture yang Berdampak pada Karier Selebritis Maupun Pejabat

photo author
- Jumat, 13 Desember 2024 | 21:21 WIB
Poster Petisi 'Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden' pada 4 Desember 2024. (change.org)
Poster Petisi 'Copot Gus Miftah dari Jabatan Utusan Khusus Presiden' pada 4 Desember 2024. (change.org)

Tokoh publik harus berhati-hati agar tidak menyinggung publik, karena cancel culture dapat merusak reputasi dan mengasingkan mereka.

Mengapa Ada Budaya Pembatalan?

Budaya pembatalan sering dijadikan dasar sanksi sosial. Fenomena ini memaksa tokoh publik mempertimbangkan dampak pernyataan atau tindakan mereka.

Cancel culture juga digunakan untuk menyoroti tindakan rasisme dan seksisme dalam skandal.

Secara umum, fenomena ini adalah bentuk penghakiman publik untuk meminta pertanggungjawaban seseorang atas perilaku mereka.

Baca Juga: Gerakan Nasional Kembali ke Angkutan Umum, FKLL Akan Gelar Kontes Angkutan Libatkan Pelaku Usaha Transportasi

Bagaimana Fenomena Ini Berkembang?

Menurut Pew Research Center, 22 persen warga AS menggaungkan cancel culture sebagai budaya pembatalan karier tokoh publik, yang mulai berkembang sejak 2020.

Sebanyak 49 persen warga AS melihat cancel culture sebagai gerakan untuk menghapus status selebriti atau memberi konsekuensi kepada pelaku.

"Area paling umum dari argumen publik untuk menegur tokoh publik di media sosial muncul dari perspektif orang-orang tentang menghakimi atau sebaliknya mencoba membantu korban," tulis Pew Research Center.

Contoh Cancel Culture

Baca Juga: Wapres Gibran Rakabuming Raka Bakal Hadir di Apel Baznas Tanggap Bencana di Semarang

Banyak skandal tokoh publik dan selebriti yang memicu cancel culture. Contohnya, aktor Korea Selatan Kim Seon-ho terjebak skandal aborsi, membuat penggemar berhenti mendukungnya. Ia pun dikeluarkan dari proyek film dan variety show.

Di Indonesia, Saipul Jamil yang terlibat kasus pelecehan seksual diboikot dari acara televisi, menunjukkan cancel culture sebagai alat kontrol sosial ketika hukum dianggap kurang memberi efek jera.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Arif Nugroho

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mobil Keluarga Paling Diminati, Apa Saja Kriterianya?

Sabtu, 6 September 2025 | 21:40 WIB

CATAT! Daftar Harga Produk Starvie Indonesia

Rabu, 13 Agustus 2025 | 17:45 WIB
X