pendidikan

Anak-anak Sekolah Tertarik Reog Khas Kabupaten Semarang

Selasa, 11 Oktober 2022 | 16:55 WIB
Reog Khas Jambu Kab. Semarang (Humas DPRD Jateng)

KONTENJATENG.COM - Cetar-ceter pecut dari sejumlah lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam disambut bunyi gamelan dan sinden yang melantunkan tetembangan Jawa.

Sesaat kemudian, sejumlah anak-anak muda mengenakan busana beraneka warna-warni beserta kuda lumping dengan rancak menyuguhkan tarian 'keprajuritan' masuk dalam ruangan.

Baca Juga: SUKA WAYANG? Pelajar Perlu Pahami Kesenian Wayang

Kuda-kudaan terbuat dari anyaman bambu dibawa mereka dikibaskan ke kanan dan ke kiri sambil menghentakkan kaki ke lantai. Semakin lama, ritme musik menjadi cepat. 
 
 
Satu per satu penari mulai terlihat garang. Sejumlah atraksi diperlihatkan.
 
Mulai berguling-guling di atas pecahan kaca, sampai suguhan memakan kaca dari sebuah bohlam listrik.
 
Baca Juga: Mengenal Jaran Kepang Mergowati Temanggung
 
Ya, itulah suguhan dari kesenian reog milik kelompok Langen Tulung Manunggal Budaya Desa Mejing Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, belum lama ini.
 
Mereka tampil dalam acara Dialog Media Tradisional/ Dialog Metra' dengan tema 'Nguri-uri Kebudayaan Khas' di aula Kantor Kecamatan Jambu.
 
Baca Juga: TARI JAIPONG & WAYANG GOLEK ADA DI CILACAP, Berikut Ulasan Lengkapnya
 
Sebelumnya, kesenian reog khas Kabupaten Semarang itu sempat dikupas oleh sejumlah narasumber yakni Supriyanto selaku Ketua Langen Tulung Manunggal Budaya, Dwi Hartanto selaku Pamong Kesenian Kecamatan Jambu, dan Anggota Komisi B DPRD Jateng dokter Sholeha Kurniawati.
 
Supriyanto menuturkan kesenian reog yang dikelolanya sebenarnya sudah turun temurun.
 
Dia sendiri juga sempat menjadi penari reog, sekarang justru anak-anak muda di Desa Mejing yang meneruskan. 
 
Baca Juga: Kaum Muda Perlu Tahu soal Tari Cepetan Asli Kebumen
 
Bahkan, ada anak yang duduk di bangku SD sudah tertarik menjadi penari.
 
Supaya tetap eksis, kelompok reog selalu mengisi sejumlah acara hajatan mulai dari merti dusun, khitanan sampai acara-acara yang digelar kecamatan maupun kabupaten.
 
Baca Juga: Upaya Pelestarian Tradisi, DPRD Jateng Akan Gelar Pagelaran Tari Tradisional Ndolalak
 
“Pada 2020 sampai 2021, kami tidak bisa berkesenian, tampil di muka umum. Penarinya tidak bisa menari, waranggananya juga tidak bisa apa-apa. Kalau seperti itu kami bekerja apa adanya, berkebun atau jadi buruh pabrik. Harapannya, pada 2022 ini kegiatan kesenian bisa hidup lagi,” ucapnya.
 
Dwi Hartanto membenarkan kesenian reog atau kuda lumping/ jaran kepang hidup dari pergelaran dari satu tempat ke tempat lain.
 
Baca Juga: Blora Miliki Kesenian Barongan Rakyat
 
Kesenian mereka mengundang massa. Mengingat, ada pembatasan kegiatan dan larangan berkerumun, otomatis kesenian ini harus 'istirahat' dulu.
 
Di Kecamatan Jambu, lanjut dia, sebagai daerah ujung selatan Kabupaten Semarang yang berbatasan dengan Temanggung, bentuk keseniannya ada kesamaan.
 
Para penari menyebar membentuk kelompok-kelompok tari hingga akhirnya turun temurun sampai sekarang.
 
Baca Juga: Kesenian Tayub Tak Lekang Zaman, Ini Ulasannya
 
Dalam hal ini, Sholehah Kurniawati mengakui Kabupaten Semarang memiliki corak kesenian yang beragam.
 
Meski sama-sama reog atau kuda lumping/ jaran kepang, suguhannya berbeda-beda. Kesenian yang hidup di sekitar Rawapening berbeda dengan daerah di sekitar Gunung Merbabu dan Ungaran.
 
“Kami di DPRD Jateng prinsipnya mendukung segala bentuk kesenian. Hanya saja, ada perda yang menyatakan setiap bentuk kesenian harus berbadan hukum. Itu menjadi kendala tersendiri bagi kelompok kesenian yang ingin mengusulkan bantuan. Kami mendorong para penggiat kesenian bisa mendaftarkan kelompoknya supaya ada perhatian dari pemerintah,” ucapnya. (**)
 

Tags

Terkini