Apaalagi, situasi semakin runyam dengan adanya nasabah yang justru memanfaatkan kondisi ini untuk menunda pembayaran utang.
Kuasa Hukum BMT Mitra Umat, Ahmad Yusub, menambahkan, banyak nasabah yang tidak melunasi utang mereka sepenuhnya dengan asalan kondisi ekonomi masih lesu.
''Misal, ada nasabah yang hutangnya mencapai Rp1 miliar, tetapi baru membayar Rp500 juta. Saat ini, kami sedang mengupayakan 10 bidang aset untuk dijual hingga September 2024, termasuk beberapa sertifikat dan 500 BPKB yang akan dilelang jika diperlukan,'' terang dia.
Kuasa hukum kolektor dan nasabah BMT Mitra Umat sekaligus Direktur LBH Adhyaksa, Didik Pramono, menyebut kliennya yang menjadi kolektor BMT Mitra Umat setiap hari didatangi ratusan nasabah yang datang ke rumahnya menuntut kepastian pencairan tabungannya.
''Klien kami resah karena uang tidak kunjung cair dan didatangi nasabah setiap harinya. Padahal urusannya dengan BMT Mitra Umat, tetapi nasabah terus mengejar mereka hingga ke rumah. Mereka telepon dan datang setiap hari, sehingga klien kami tidak bisa tidur nyenyak,'' jelas Didik.
Dalam aksi doa bersama tersebut, para nasabah dan koletor ini ingin menunjukkan bahwa mereka benar-benar ingin menyelesaikan masalah tersebut, bukan hanya berdiam diri di rumah saja.
''Kami pada dasarnya ingin membantu, tapi kondisi saat ini memang sulit,'' imbuh dia.
Di sisi lain, Kuasa hukum para nasabah, Imam, meminta pertanggungjawaban dari pengurus koperasi BMT Mitra Umat.
"Kami minta minimal ada tenggat waktu yang jelas untuk pencairan, agar para kolektor dan nasabah mendapat kepastian. Untuk kolektor, mereka setiap hari bertemu dan berinteraksi dengan nasabah yang tinggal sekampung. Jadi kasihan. Bahkan, kami selaku kuasa hukum pun dikejar dan didesak setiap hari agar segera menyelesaikan masalah ini,'' tegas dia.
Aksi doa bersama ini mencerminkan betapa besarnya tekanan yang dialami nasabah, pengurus, maupun kolektor, di tengah upaya penyelesaian. Semua pihak berharap agar masalah ini segera menemukan titik terang, sehingga kepercayaan terhadap Koperasi BMT Mitra Umat bisa kembali lagi.***