pendidikan

Kaum Muda Batang Asyik Menikmati Kesenian Lengger

Selasa, 23 Agustus 2022 | 18:50 WIB
Kesenian Lengger Batang - Dialog Metra DPRD Jateng (Humas DPRD Jateng)
 
KONTENJATENG.COM – Nyanyian sinden yang merdu diiringi dengan harmoni musik gamelan, mengawali pertunjukan penari laki-laki dan perempuan yang berlenggak lenggok penuh gemulai dibalut kostum khas kuda lumping. 
 
Atraksi Kesenian Lengger, begitulah masyarakat Batang menyebut kesenian yang ditampilkan di Gedung Pertemuan Pagilaran tersebut.
 
Acara itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan ‘Dialog Media Tradisional/ Dialog Metra’ dengan tema ‘Nguri-uri Kesenian Khas Kabupaten Batang,’ belum lama ini. 
 
Baca Juga: APA ITU NGAJI WAYANG? Simak Penjelasannya Disini
 
Sebagai narasumber utama, Anggota Komisi A DPRD Jateng Masruhan Samsurie bersama narasumber lain yang hadir yakni Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan & Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang Affy Koesmoyorini dan Dosen IAIN Pekalongan Turno.
 
Dalam dialog itu, salah satu pelaku seni yang masih berusia 18 tahun, Alifah, mengaku bangga bisa ikut melestarikan Kesenian Lengger tersebut. 
 
Baca Juga: Anak-anak Sekolah Tertarik Reog Khas Kabupaten Semarang
 
Namun, diakuinya pula kesenian mulai ditinggalkan oleh kaum muda karena lebih berminat budaya barat.
 
Dalam rutinitasnya, Alifah juga mengungkapkan bahwa teman-temannya enggan melestarikan budaya itu karena kostum yang digunakan untuk penari perempuan terlihat terbuka sehingga takut menimbulkan ‘stigma’ negatiif.
 
Baca Juga: SUKA WAYANG? Pelajar Perlu Pahami Kesenian Wayang
 
“Saya bangga sebagai anak muda yang masih melestarikan kebudayaan Indonesia. Tapi, teman-teman saya tidak berminat untuk ikut melestarikan kesenian itu, karena lebih suka hiburan barat. Selain itu, mereka juga malu karena kostum yang dipakai Penari Lengger untuk perempuan terlihat terbuka, jadi mereka takut dipandang kurang baik sama teman-teman yang lain,” tutur Alifah.
 
Baca Juga: Mengenal Jaran Kepang Mergowati Temanggung
 
Dosen IAIN Pekalongan Turno memberi tanggapan sekaligus solusi, bahwa atraksi Kesenian Lengger itu dapat terus dilestarikan oleh generasi penerus bangsa dengan cara memasukkannya ke dalam kurikulum muatan lokal (mulok).
 
Dengan begitu, kesenian tersebut dapat dipelajari secara formal.
 
Baca Juga: Blora Miliki Kesenian Barongan Rakyat
 
“Kalau mendengar ungkapan dari Dik Alifah tadi, saya bisa memberikan solusi dan masukan kepada Pak Masruhan selaku wakil masyarakat dan Ibu Affy sebagai perwakilan dari disdikbud, agar kesenian itu bisa dimasukkan ke dalam kurikulum mulok ya sehingga kita dapat mengajarkan Kesenian Lengger tersebut secara formal,” ujar dosen.
 
Menanggapinya, Affy Koesmoyorini beranggapan bahwa usulan itu dapat dipertimbangkan dengan baik, karena usulannya didasari atas keinginan menjaga kekayaan budaya dan menurunkannya untuk anak cucu ke depannya.
 
Baca Juga: Kesenian Tayub Tak Lekang Zaman, Ini Ulasannya
 
“Usulan dari Pak Turno itu bisa menjadi solusi untuk permasalahan yang diungkapkan oleh Dik Alifah. Akan saya sampaikan usulan tersebut, agar bisa dipertimbangkan karena tujuannya agar anak cucu kita nanti masih bisa menikmati budaya yang menjadi kekayaan Indonesia,” ujar Affy.
 
Senada dengan Affy, Masruhan juga setuju dengan usulan itu, dan meminta Disdikbud Kabupaten Batang segera menindaklanjuti ke dalam kurikulum mulok.
 
Ia mengaku ingin terus menikmati kesenian tersebut ke depan nya.
 
Baca Juga: Kesenian Burok Asli Pesisir Brebes, Berikut Ulasannya
 
“Usulan yang bagus, ya Pak Turno. Bu Affy, tolong agar usulan itu segera ditindaklanjuti oleh disdikbud, ya agar atraksi Kesenian Lengger dimasukkan ke dalam kurikulum mulok di Kabupaten Batang. Saya berharap, dengan dilestarikannya kesenian tersebut, saya bisa terus menikmatinya untuk ke depan nya,” harapnya. (**)
 

Tags

Terkini