KONTENJATENG.COM - Ngaji wayang banyak digelar di wilayah Pati dan sekitarnya merupakan sarana dakwah/ syiar agama dengan menggunakan media wayang.
Setiap pakeliran disuguhkan dan dibabarkan secara gamblang dan jelas tanpa meninggalkan tuntutan agama.
Konsep ngaji wayang menjadi media edukasi bagi masyarakat, juga sebagai sarana menemukan jati diri.
Karena itulah, dalam Dialog Media Tradisional/ Dialog Metra DPRD Jateng: Nguri-uri Kesenian Khas Kabupaten Pati mengangkat kesenian ngaji wayang sebagai tema kegiatan dengan lakon 'Sirnaning Ampak-ampak Pandawa.'
Bertempat di Aula Sasono Kencono, Rosi Asih RM Sapto Renggo Baru di Kecamatan Margirejo Kabupaten Pati, belum lama ini. Dalam dialog itu, ada 3 narasumber yakni anggota Komisi E DPRD Jateng Endro Dwi Cahyono, dalang KH Ilham “Kalimasadha” Supriyanto, dan pemerhati budaya Paryanto.
Endro menjelaskan wayang nusantara sangat eksentrik dan tidak biasa. Dalam segi konten, juga sangat inovatif dan mengedukasi masyarakat.
Menariknya, sampai sekarang anak-anak di Pati sudah tersugesti saat khitanan biasanya meminta orang tuanya untuk menggelar wayang.
Ada rasa bangga bagi mereka saat dikhitan duduk bak raja, kemudian tamu hilir mudik dengan salam tempelnya dan kemudian disuguhi wayang. Dalam lakon yang disuguhkan, terselip tuntutan agama dan budaya.
Baca Juga: Mengenal Jaran Kepang Mergowati Temanggung
“Jadi, substansi yang dibawakan tidak melenceng jauh dan alurnya jelas serta dapat menginspirasi pelaku seni yang lain tanpa mengurangi substansi dan bisa berkompetisi dengan budaya-budaya lainnya,” jelas Endro.
Selanjutnya, KH. Ilham Supriyanto selaku pelaku seni menambahkan wayang kulit yang menggunakan ngaji wayang bisa menikmati hasil ceramah dan cerita wayang tanpa menghilangkan khasnya.
“Ini adalah inovasi yang kami terapkan dengan ngaji sambil menikmati cerita wayang yang sebenarnya, ngaji wayang itu sekitar 2,5 jam,” jelas Ilham.
Paryanto selaku pemerhati kebudayaan juga berharap seniman hendaknya diberikan ruang yang cukup untuk berekspresi. Banyak seniman muda tapi kurangnya fasilitas mereka kurang mampu berkembang maksimal.
“Sanggar seni di Pati itu sudah banyak, setiap tahun diadakan lomba dalang muda,” ujarnya.
"Wayang pun awalnya menjadi tontonan. Karena diselipkan ngaji, maka menjadi tuntunan. Ketoprak juga menjadi salah satu unggulan khas pati," tambahnya. (**)
Artikel Terkait
Upaya Pelestarian Tradisi, DPRD Jateng Akan Gelar Pagelaran Tari Tradisional Ndolalak
Kesenian Kuda Lumping Asli Brebes Layak Dilestarikan
Kaum Muda Perlu Tahu soal Tari Cepetan Asli Kebumen
Kesenian Burok Asli Pesisir Brebes, Berikut Ulasannya
Kesenian Tayub Tak Lekang Zaman, Ini Ulasannya
SMP Nasima Semarang Gelar Pelepasan Peserta Didik, Siswa Persembahkan Tari Gambyong dan Pidato 5 Bahasa
TARI JAIPONG & WAYANG GOLEK ADA DI CILACAP, Berikut Ulasan Lengkapnya
Blora Miliki Kesenian Barongan Rakyat
Mengenal Jaran Kepang Mergowati Temanggung
SUKA WAYANG? Pelajar Perlu Pahami Kesenian Wayang
Anak-anak Sekolah Tertarik Reog Khas Kabupaten Semarang