UIN Walisongo Semarang Menggelar Webinar Dengan Tema Sosiologi Agama di Tengah Masyarakat Majemuk

photo author
- Kamis, 24 Februari 2022 | 20:09 WIB
Tangkapan Layar Webinar Moderasi Beragama Kelompok 42 KKN MIT DR 13 UIN Walisongo Semarang dengan tema Sosiologi Agama di Tengah Masyarakat Majemuk
Tangkapan Layar Webinar Moderasi Beragama Kelompok 42 KKN MIT DR 13 UIN Walisongo Semarang dengan tema Sosiologi Agama di Tengah Masyarakat Majemuk

KONTENJATENG.COM - Baru-baru ini Kelompok 42 KKN MIT DR 13 UIN Walisongo Semarang mengadakan Webinar Moderasi Beragama dengan mengangkat tema "Sosiologi Agama di Tengah Masyarakat Majemuk".

Webinar ini digelar untuk membahas bagaimana mewujudkan perdamaian dalam beragama yang tentunya bukan hal mudah, dimana permasalahan ini sudah ada sejak lama dan masih terus menjadi masalah hingga sekarang.

Hal ini juga tidak bisa hanya digantungkan pada para ulama karena ini bukanlah tugas mereka saja, namun sebenarnya ini merupakan tugas seluruh umat.

Sebagai sesama umat beragama harusnya paham bagaimana caranya untuk dapat berperilaku moderat dan bertoleransi agar tercipta perdamaian antar umat beragama.
Adanya moderasi beragama ini juga diyakini dapat mencegah munculnya ekstremisme dan terorisme.

Baca Juga: Kelompok 42 KKN MIT DR 13 UIN Walisongo Semarang Menggelar Ngaji Online Membahas Munajat Cinta Mahasiswa

“Nilai-nilai keagamaan semacam itu sampai dengan hari ini masih kita perlukan. Bagaimana kita menjadi seorang pemeluk agama yang moderat yang menghargai tradisi-tradisi masyarakat setempat tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai keimanan yang kita anut,” ujar Setyawan Budy selaku koordinator Persaudaraan Lintas Agama (PELITA) dalam acara Webinar Moderasi Beragama, melalui video conference.

Menurut beliau dengan mempertahankan nilai nilai keagamaan yang sudah ada terlebih dahulu itu dapat membantu dalam mewujudkan umat manusia yang moderat dan lebih toleran.

Beliau juga yakin bahwa Indonesia ini mampu menjadi negara yang damai dan rukun dalam hal beragama.

Walaupun dalam penerapannya masih sangat sulit, akan tetapi jika dilihat dari nilai dan prinsip yang masih tertanam ini bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.

Baca Juga: HMJM USM Gelar Upgrading Commite Organization

Hal ini dibuktikan dengan sejarah bagaimana kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di nusantara pada saat itu yang menganut agama atau kepercayaan Hindu atau Budha menerima kedatangan seorang Pastor Katholik dari negara lain. Ini merupakan satu bentuk toleransi dimana mayoritas itu tetap mau menerima mereka yang kecil bahkan melindungi.

Tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyaknya kekhawatiran masyarakat untuk masa depan Indonesia sebagai negara yang memiliki 6 kepercayaan di dalamnnya. Seperti yang dikhawatirkan oleh Ahmad Robith salah satu peserta webinar terkait permasalahan ini.

Baca Juga: Parkir Liar di Jalan Inspeksi Mulai Ditertibkan, Wisatawan Disarankan Parkir di Tempat yang Telah Disediakan

“Misalkan kita sudah berpikir moderasi atau mulai toleran terhadap keagamaan apakah sampai tahap tertentu atau sampai tahap paling ekstrim jadi Indonesia jadi negara yang seliberal mungkin sampai kita itu tidak beragama. Karena pada hari ini saja kita sudah mulai yang namanya toleran terhadap agama, kita saling sapa saling guyon terhadap orang yang berbeda agama sudah sering. Tapi orang-orang yang saya temui itu yang masih kuno itu juga muncul kekhawatiran. Misalkan kalau ini terus berlangsung lama kelamaan Indonesia atau negara kita ini kalau terus-terusan toleran akan sampai pada tahap yang paling ekstrim sehingga agama itu tidak difokuskan. Apakah menurut mas Wawan sebagai pemateri apakah sampai di tahap itu bisa terjadi sampai ke taraf yang paling ekstrim negara Indonesia terlalu toleran sehingga agama tidak lagi difokuskan? Kemudian kalau memang berkemungkinan terjadi cara menanggulangi seperti itu bagaimana ya mas?,” ungkapnya.

Baca Juga: Dishub Kota Semarang Akan Menambah 41 Titik Ujicoba Parkir Elektronik Pada Awal Maret 2022

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Faizhar Naufali

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X