KORANJATENG.COM – Tarian Hak-hakan sudah menjadi milik Dusun Kaliyoso Desa Tegalombo Kecamatan Kalijajar Kabupaten Wonosobo.
Dari desa itulah lahir sebuah seni tari yang sudah diturun-temurunkan kepada anak cucu. Setidaknya, sejak 1921 kesenian itu bermula.
Karena hanya ada di Desa Tegalombo, Ketua DPRD Kabupaten Wonosobo Eko Prasetyo HW dalam Dialog Media Tradisional (Dialog Metra) DPRD Jateng, 'Kesenian Hak-hakan' tarian tersebut diharapkan bisa dipatenkan.
DPRD Jateng pun telah meminta Dinas Pariwisata Wonosobo supaya bisa menjadikan Tari Hak-hakan menjadi ciri khas Desa Tegalombo secara khusus dan Wonosobo secara umum.
“Di Ponorogo ada reognya, di Wonosobo sini ada hak-hakan. Kami bersama pemerintah mendukung upaya pematenan itu. Media pun kami harapkan bisa mendukungnya,” ucapnya, saat menjadi narasumber acara itu, belum lama ini.
Baca Juga: Ayo, Kaum Muda Lestarikan Tari Semarangan
Anggota DPRD Jateng Peni Dyah Perwitosari menjelaskan tarian ini memiliki ciri khas.
Selain tempatnya hanya ada di Desa Tegalombo, pementasannya pun hanya 4 tahun sekali. Dengan demikian, tarian tersebut bagi warga desa benar-benar disakralkan.
“Sebenarnya, pada 2019 saat kegiatan desa akan dipentaskan, namun karena ada Covid-19, maka selama dua tahun tidak bisa pentas,” ucap Anggota Komisi B itu.
Tri Jatmiko selaku Kepala Desa Tegalombo menambahkan tarian tersebut sudah diturunkan dari generasi sebelumnya.
Ia tidak mengetahui secara pasti kapan tarian itu muncul tapi berkembangnya seni tari ini dari sejumlah penelitian sejak 1921.
Tarian itu menggambarkan warga desa mencari air untuk pertanian, kemudian mengalirkannya.
Selanjutnya, bagaimana cara menggarap sawah, cara pemeliharaan pertanian, memetik hasilnya, membangun desanya dan sebagainya.
Untuk mementaskan Tari Hak-hakan, lanjut dia, tidaklah sesederhana. Terlebih dulu dilakukan 2 keselamatan atau slametan.
Peni pun turut menambahkan tarian itu menggambarkan kegotongroyongan warga desa serta ada wujud syukur dari buah kerja mereka.
Tentunya, pemerintah harus mendukung segala upaya pelestarian kebudayaan. Dengan demikian, pengembangan kesenian ini bisa memajukan perekonomian desa serta bisa menjadi destinasi pariwisata di Wonosobo.
“Harapan saya, di Desa tegalombo ini bisa dibuat desa wisata walaupun bukan alam tapi bisa bersifat buatan seperti embung supaya desa wisata bisa menarik masyarakat untuk datang. Bicara kebudayaan tidak lepas dari pemersatu dimana masyarakat bisa guyub rukun untuk bersama-sama melihat kesenian. Kebudayaan menjadi perekat antarmasyarakat satu dengan yang lainnya. Kalau bisa, pementasannya jangan empat tahun sekali sekali tapi setahun sekali. Insya Allah, kami bantu dan support supaya tetap lestari,” harapnya. (**)
Artikel Terkait
Upaya Pelestarian Tradisi, DPRD Jateng Akan Gelar Pagelaran Tari Tradisional Ndolalak
Kesenian Kuda Lumping Asli Brebes Layak Dilestarikan
Kaum Muda Perlu Tahu soal Tari Cepetan Asli Kebumen
Kesenian Burok Asli Pesisir Brebes, Berikut Ulasannya
Kesenian Tayub Tak Lekang Zaman, Ini Ulasannya
TARI JAIPONG & WAYANG GOLEK ADA DI CILACAP, Berikut Ulasan Lengkapnya
Blora Miliki Kesenian Barongan Rakyat
SUKA WAYANG? Pelajar Perlu Pahami Kesenian Wayang
Kaum Muda Batang Asyik Menikmati Kesenian Lengger
Kudus Kota Kretek juga Punya Tari Kretek, SIMAK ULASANNYA DISINI
Ayo, Kaum Muda Lestarikan Tari Semarangan
JANGAN NGAKU 'WONG PANTURA' KALAU BELUM TAHU SOAL: IRAMA GAMBUS, TARI SUFI, & JARAN EBEG
Lestarikan Budaya, Sekolah Perlu Ajarkan Seni Tradisional
Kaum Muda Perlu Promosikan Topeng Ireng dan Grasak Banteng Wareng Khas Magelang