regional

Peristiwa Pertempuran 3 Oktober 1945 Pekalongan, Menjadi Saksi Kegigihan Para Pejuang dalam Mendorong Kemerdekaan dan Mengusir Penjajahan Jepang

Selasa, 7 Oktober 2025 | 07:51 WIB
UPACARA : Jajaran Forkopimda Kota Pekalongan usai mengikuti upacara dan menyaksikan pertunjukan teatrikal di Monumen Djoeang 45, dalam mengenang peristiwa Pertempuran 3 Oktober 1945. (KONTENJATENG.COM/Arif Prayoga)

 

KONTENJATENG.COM - Upacara dan pertunjukan teaterikal perjuangan di Monumen Djoeang 45 digelar secara rutin setiap tahunnya, dalam rangka memperingati peristiwa Pertempuran 3 Oktober 1945 di Kota Pekalongan.

Momen drama teatrikal digelar dalam rangka mengingatkan kembali kisah heroik perjuangan penuh semangat kebangsaan, yang berhasil ditunaikan para pejuang Kota Pekalongan, dalam mendorong kemerdekaan dan mengusir penjajah Jepang dari Kota Batik.

Peringatan ini menjadi pengingat bagi masyarakat Kota Pekalongan, yang tidak hanya merupakan sebuah bentuk penghormatan terhadap para pahlawan, melainkan juga momentum penting untuk terus bisa menjaga nilai-nilai persatuan dan keberanian yang diwariskan para pejuang di masa lampau.

Baca Juga: Generasi Muda Diajak Turut Serta untuk Teruskan Perjuangan dan Amalkan Nilai Pancasila, serta Selalu Menjadikannya Pandangan Hidup Bangsa

Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, mengatakan peristiwa Pertempuran 3 Oktober merupakan sesuatu yang luar biasa, dan merupakan sejarah lokal Kota Pekalongan.

Di Jawa Tengah maupun se-eks karesidenan, Kota Pekalongan salah satu daerah yang berhasil mengusir penjajah Jepang pada saat itu.

''Banyak sekali masyarakat, mulai dari tokoh agama hingga tokoh masyarakat, yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Inilah yang membentuk kultur Kota Pekalongan sampai sekarang,'' ujar dia, Jumat malam 3 Oktober 2025.

Baca Juga: Menpora Erick Thohir Usulkan Dana Pensiun Atlet dan Pelatih Berprestasi, Menkeu Minta Kajian Komprehensif dan DPR Diminta Ikut Mengawal

Menurut pria yang akrab disapa Aaf tersebut, semangat kebersamaan yang lahir dari perjuangan masa lalu masih terasa hingga kini. Masyarakat Kota Pekalongan yang terdiri atas tiga etnis besar yakni Tionghoa, Arab, dan Pribumi mampu menjaga toleransi dan keharmonisan sosial yang telah terbangun sejak masa perjuangan kemerdekaan.

“Walaupun ada tiga etnis di Kota Pekalongan, mereka tetap akur hidup berdampingan, saling menopang satu sama lain. Baik dari sisi keagamaan maupun ekonomi,'' terang Aaf.

Wali Kota Aaf juga menyampaikan rasa bangganya atas antusiasme masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut. Ribuan warga dari berbagai kalangan tampak memenuhi area Monumen Djoeang 45 untuk menyaksikan teatrikal dan upacara peringatan yang berlangsung khidmat.

''Warga sangat antusias menyaksikan upacara dan drama teatrikal di Monumen Djoeang 45. Mulai dari orang tua hingga anak-anak. Ini bukti untuk memupuk masyarakat agar tidak melupakan sejarah di Kota Pekalongan,'' jelas Aaf.

Baca Juga: Timnas Garuda Siap Hadapi Green Falcons di Round 4: Indonesia Berharap Kesembuhan Ole Romeny, Saudi Cemas usai Salem Al Dawsari Cedera

Halaman:

Tags

Terkini