Dalam kesempatan itu, Wali Kota Pekalongan juga memberitahu jika satu-satunya saksi hidup Peristiwa 3 Oktober 1945, yakni Eyang Merry Hoegeng, istri Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso.
Saat peristiwa itu terjadi, beliau masih berusia muda dan berperan sebagai seorang perawat bagi para pejuang yang terluka.
''Eyang Merry Hoegeng kini sudah berusia 100 tahun, baru beberapa waktu lalu merayakan ulang tahunnya. Alhamdulillah masih sehat dan ingatannya sangat kuat, terutama terkait peristiwa 3 Oktober 1945. Setiap tahun, jajaran Forkopimda Kota Pekalongan rutin sowan ke kediaman beliau di Jakarta sebagai bentuk penghormatan dan silaturahmi kepada beliau,'' papar dia.
Sementara itu, Dandim 0710/Pekalongan, Letkol Arm Ihalauw Garry Herlambang, menegaskan peristiwa bersejarah Pertempuran 3 Oktober 1945 memberi kesan yang mendalam bagi generasi saat ini, khususnya bagi masyarakat Kota Pekalongan. Para pejuang mengajarkan, tentang betapa tidak mudahnya berjuang untuk meraih kemerdekaan dan mengsir para penjajah dari tanah air.
Letkol Arm Ihalauw Garry Herlambang berharap, generasi penerus dapat melanjutkan semangat perjuangan para pahlawan dengan cara berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. Untuk itu, Letkol Arm Ihalauw Garry Herlambang mengajak generasi muda agar mampu terus menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat bela negara.
''Para pejuang terdahulu telah mengorbankan nyawa, keluarga, dan harta benda demi kemerdekaan. Kini, kita menikmati hasil perjuangan itu dalam bentuk kebebasan,” papar Dandim 0710/Pekalongan.***