Masyarakat Sambut Positif Penanganan Krisis Pangan dengan Program Pendamping Beras

photo author
- Selasa, 10 Oktober 2023 | 09:33 WIB
Getuk, salah satu makanan pendamping beras yang banyak dijual di pasar tradisional di Kota Semarang.
Getuk, salah satu makanan pendamping beras yang banyak dijual di pasar tradisional di Kota Semarang.

Berangkat dari itu, Mufidatun melakukan berbagai upaya, minimal dalam lingkup keluarganya berkecukupan soal pangan. Dia menyatakan telah sejak dulu tidak bergantung dengan beras. Hal itu pula telah ditanamkan kepada anak-anaknya.

"Dulu, ibu saya selalu mengajari cara membuat gaplek, tiwul, dan nasi jagung. Jadi, saya dengan kondisi seperti ini Alhamdulillah tidak kaget," ujarnya.

Baca Juga: The Exorcist Believer Tayang di Bioskop, Cek Link Nonton dan Sinopsis Disini: Kisah Pengusiran Roh Anak

Mufidatun pun tak menutup pintu terhadap para tetangganya. Acap kali dia membagikan hasil olahan pangan non-beras tersebut beserta resep dan cara pembuatannya.

"Maka itu, saya kok berpikir Mbak Ita ini punya semangat seperti saya. Perlu didukung menurut saya programnya," tuturnya.

Apa yang diungkapkan Mufidatun diamini oleh Ahli Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Fitriyono Ayustaningwarno. Lulusan program Doktor, Wageningen University, Belanda tersebut mengatakan, gagasan Mbak Ita perlu didorong maksimal.

Yusta, sapaan akrabnya mengatakan, makanan pendamping beras kini menjadi salah satu target pemerintah untuk menyikapi dampak kemarau kering. El Nino merupakan hal yang paling dikhawatirkan membuat pasokan beras menurun.

Baca Juga: Siti Atikoh: Gerakan Pramuka Dapat Mencegah Kasus Bullying

"Pendekatan untuk mengatasi El Nino ini perlu yang komprehensif, dengan festival pendamping beras adalah salah satu cara yang cukup efektif di awal-awal ini," ujarnya, Senin (9/10/2023).

Yusta menyebut, nilai karbohidrat dan protein tak kalah dengan kandungan yang terdapat dalam beras. Mudahnya, kata dia, melihat isi piring yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan dapat menjadi rujukan.

"Agar bisa mengkonsumsi makanan seimbang untuk menghasilkan daya tahan tubuh yang aktif sepanjang hari. Tentunya harus dilengkapi dengan sumber protein, seperti tahu, tempe, ikan, dan telur," tuturnya.

Hanya saja, Yusta mengatakan, festival gagasan Mbak Ita itu harus berkelanjutan. Dia menekankan pentingnya sosialisasi dan pendampingan terhadap kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa memproduksi produk olahan non-beras.

Baca Juga: Wali Kota Semarang Instrusikan Camat dan Lurah Petakan Lahan Kering yang Berpotensi Kebakaran

"Yang perlu diperhatikan yaitu, kontinunitas bagaimana selalu ada di lingkungan sehingga konsumen bisa akses terus-menerus jadi tidak seremoni," katanya.

Sebelumnya dalam Festival Pendamping Beras, Mbak Ita berharap masyarakat bisa lebih hemat karena mengurangi konsumsi beras. Ia mengatakan, melalui festival itu dapat mengantisipasi krisis pangan dan menghindari keluhan masyarakat jika harga beras naik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Arif Nugroho

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X