KONTENJATENG.COM - Industri keuangan global pada masa kini dinilai semakin banyak memakai aplikasi kerja digital. Tujuannya, yaitu membuat pekerjaan karyawan lebih cepat dan praktis.
Meski begitu, riset terbaru justru menemukan penggunaan aplikasi yang terlalu banyak bisa menimbulkan masalah baru.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “gray work”, alih-alih mempercepat pekerjaan, banyaknya aplikasi malah membuat karyawan menghabiskan waktu untuk pekerjaan tambahan yang sebenarnya tidak perlu.
“Gray work bisa diartikan sebagai kerjaan tambahan yang muncul karena data terpisah-pisah dan aplikasi yang tidak terhubung," demikian tertulis dalam laporan Entrepreneur yang dikutip pada Rabu, 3 September 2025.
"Akibatnya karyawan harus bolak-balik buka banyak sistem, menyalin data manual, atau mencari informasi yang tercecer. Inilah yang membuat produktivitas menurun,” sambungnya.
Menurut laporan Quickbase Gray Work Report pada tahun 2025, menunjukan keterlibatan lebih dari 2.000 pekerja penuh waktu dari berbagai level jabatan.
Hasilnya, 80 persen responden mengatakan perusahaan mereka menambah investasi pada aplikasi produktivitas. Tetapi, 59 persen mengaku bekerja justru terasa makin sulit.
“Sebanyak 73 persen pekerja menilai banyaknya aplikasi manajemen proyek membuat informasi sulit dibagi. Sementara 75 persen merasa data tidak bisa dilihat utuh di satu tempat,” ungkap laporan itu.
Akibat kondisi tersebut, banyak pekerja merasa tugas mereka jadi tertunda, hasil kerja berkurang, dan waktu terbuang untuk hal-hal yang tidak penting.
Fenomena gray work ini juga dinilai paling banyak dirasakan di industri jasa keuangan dan asuransi. Kedua sektor tersebut sangat bergantung pada data dan dokumen.
Ketika data tidak terhubung dengan baik, pekerjaan manual justru meningkat tajam dibanding tahun sebelumnya.
“Industri keuangan paling rentan karena sangat mengandalkan data. Kalau sistem tidak saling terhubung, pekerja harus melakukan banyak hal tambahan yang seharusnya bisa dihindari,” ungkap laporan Entrepreneur.
Meski begitu, laporan Quickbase menyebut kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bisa menjadi solusi untuk mengurangi gray work. Sebanyak 72 persen responden memperkirakan anggaran untuk AI akan naik tahun depan.
Artikel Terkait
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Kucurkan Dana Bantuan Recovery Rp61,5 Miliar kepada Pemerintah Kota Pekalongan, Usai Aksi Anarkis Massa Rusak Gedung
Lentera Cinta, Merekam Jejak Budaya dan Kepedulian Sosial Desa Timbulsloko Sayung
Saham Tetiba Anjlok 2,5 Persen usai Nestle Copot CEO Laurent Freixe yang Terlibat Skandal Asmara dengan Karyawan
Ungkapan Sri Mulyani Melihat Lukisan Bunga di Rumahnya Raib Dijarah: Indonesia Rumah Kita, Jangan Biarkan Rusak
Vanenburg Tantang Pemain Naturalisasi Garuda Muda U-23 Buktikan Kualitas di Kualifikasi Piala Asia 2026
Komnas HAM Kumpulkan Rekaman CCTV untuk Usut Kasus Kematian Affan Kurniawan
Jasa Marga Kucurkan Dana Rp80 Miliar untuk Perbaikan 7 Gerbang Tol yang Rusak usai Aksi Demo di DKI Jakarta
Rencana Kota Modern AS di Gaza Bocor, Diduga Libatkan Investor dengan Dana Fantastis Rp1.600 Triliun
Biaya Perbaikan Imbas Kerusakan Gedung DPRD hingga Fasum Capai Rp900 M, Ditargetkan Rampung dalam 6 Bulan
Nasabah Keluhkan Aplikasi Byond Milik Bank BSI yang Error, Kesulitan Transaksi hingga Uangnya Tertahan