Tak Disangka-Sangka, Peminat untuk Peserta Pelatihan Pengolahan Sampah Jadi Produk Bernilai Ekonomi di DLH Melebihi Ketentuan Hingga Tiga Kali Lipat

photo author
- Rabu, 31 Juli 2024 | 18:39 WIB
PELATIHAN : DLH Kota Pekalongan gelar pelatihan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi, di aula kantor setempat, Rabu 31 Juli 2024. (KONTENJATENG.COM/Arif Prayoga)
PELATIHAN : DLH Kota Pekalongan gelar pelatihan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi, di aula kantor setempat, Rabu 31 Juli 2024. (KONTENJATENG.COM/Arif Prayoga)

KONTENJATENG.COM - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan tak menyangka, jika keinginan masyarakat untuk menjadi peserta pelatihan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi ternyata sangat besar.

Buktinya, pendaftaran peserta yang dibuka 16 Juli 2024 tersebut langsung melebihi kuota hanya dalam waktu tiga hari. Bahkan hingga penutupan pendaftaran pada 25 Juli 2024, diketahui jika jumlah pendaftar mencapai tiga kali lipatnya dari kuota yang tersedia.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Sri Budi Santoso mengungkapkan ada 70 peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi. Kegiatan digelar di Aula kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan di lantai dua.

Baca Juga: Badan Pusat Statistik Gandeng Pemerintah Kota Pekalongan Gelar FGD Dalam Upaya Tingkatkan Kualitas Data Statistik Sektoral

''Kami buka pendaftarannya via media sosial dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Untuk peserta awalnya ada rencana akan diambil dari setiap kelurahan, untuk berjaga-jaga kalau peminatnya sedikit. Tapi di luar dugaan justru yang daftar membludak, bahkan hingga penutupan jumlahnya masih bertambah,'' ujar dia di sela-sela pelatihan, Rabu 31 Juli 2024.

Selama ini, kata Sri Budi Santoso, ada dua paradigma yang sering dipakai masyarakat dalam pengelolaan sampah. Pertama yakni paradigma kumpul, angkut, dan buang. Sampah dikumpulkan di satu tempat, diangkut untuk kemudian dibuang ke TPA.

''Sementara paradigma kedua dilakukan dengan mengolah atau mengurangi sampah, sebelum dibuang ke TPA,'' ucapnya.

Baca Juga: Lindungi Produsen dan Konsumen, Pemerintah Kota Pekalongan Imbau Pelaku Usaha Perhatikan Sejumlah Aspek Dalam Urus Izin Usaha

Sayangnya, menurut Sri Budi Santoso, masyarakat Kota Pekalongan 90 persen masih memakai paradigma pertama, sehingga sampahnya menumpuk di TPA. Sementara yang diolah berbagai masyarakat baru 10 persen saja.

''Untuk itu memang dibutuhkan peningkatan pemahaman kesadaran masyarakat, bahwa sampah harus saatnya diolah dulu agar tidak semuanya ke TPA,'' tegas dia.

Tindakan ini, terang Sri Budi Santoso, bukan hanya sekadar untuk mengurangi beban TPA Sampah Degayu yang sudah penuh. Melainkan juga untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas, bahwa sampah sebenarnya memiliki manfaat besar bernilai ekonomi jika diolah kembali.

Baca Juga: Sejumlah Sekolah Swasta di Kota Pekalongan Alami Kekurangan Siswa, Salah Satunya Disinyalir Akibat Adanya Beberapa Sekolah Negeri Menambah Rombel Baru

''Tentunya harus diolah dengan pengetahuan dan cara keterampilan yang benar,'' bebernya.

Pelatihan pengolahan sampah menjadi produk bernilai ekonomi ini diberikan dengan tiga materi terpisah. Terdiri atas pembuatan kompos, yang dilakukan karena sampah kita sebagian besar organik yang merupakan bahan terbaik untuk mendapatkan kompos.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Arif Prayoga

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X