KONTENJATENG.COM - Memasuki awal bulan Muharam setiap pergantian tahun Hijriyah, banyak kalangan kebudayaan melakukan ritual penjamasan gaman atau penyucian senjata keramat.
Ritual unik yang dilakukan di rentang waktu antara tanggal 1 hingga 10 Suro (Muharam) tersebut tak lepas dari sejarah bangsa indonesia sendiri. Ritual itu sendiri saat ini menjadi sebuah peringatan budaya yang perlu dilestarikan.
Salah satu kegiatan penjamasan yang cukup unik dilakukan oleh Kang Ali Tuba Asy'arie, Pimpinan Majelis Panembahan Saung Cinta dan Gubug Mahabah di Kelurahan Gondoriyo Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang pada Minggu 15 Agustus 2021.
Pria yang juga menjadi Kepala Satuan Koordinator Cabang BANSER Kota Semarang ini menjelaskan, ritual tersebut adalah bagian dari merawat budaya, bukan ritual mistis yang menjurus pada kemusyrikan.
"Ini adalah bagian dari budaya, bukan masalah mistisnya. Karena mencintai budaya adalah bagian dari mencintai Indonesia. Semantara generasi muda sekarang ini banyak yang mengabaikan hal-hal semacam ini, lha kami berniat ingin melestarikan budaya-budaya itu," ujarnya seusai melakukan ritual penjamasan.
"Makanya setiap sebelum tanggal 10 Suro (Muharam) kami melakukan penjamasan (Perendaman) gaman (senjata keramat) sebelum mutih (dicuci) pada tanggal 10 Suro nanti," tandasnya.
Baca Juga: PKK Kota Semarang Beri Bantuan Anak-Anak yang Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19
Ali Tuba kemudian menjelaskan salah satu gaman yang dia milik yang bernama Tosan Aji. Dia mengatakan gaman tersebut dia dapat dari gurunya yang mendapatkannya dari Damaskus, Suriyah.
Tosan Aji sendiri pernah ditawar oleh kolektor barang kuno seharga 10 juta rupiah, namun tidak dilepas oleh Ali Tuba.
"Dan ini adalah Tosan Aji, senjata dari Damaskus yang saya dapat dari guru saya untuk disimpan di rumah. Dan konon katanya hanya beberapa orang yang memiliki gaman ini makanya saya rawat seperti ini. Dan ini dulu tahun 2013 pernah ada seorang kolektor gaman yang menawar seharga 10 juta rupiah. Cuman karena saya mencintai senjata ini akhirnya saya tidak melepaskannya," ujarnya.
Baca Juga: Sering Diejek Belum Nikah, Pria di Blitar Ini Tega Membunuh Teman Seprofesi
Ali Tuba juga menjelaskan salah satu gaman koleksinya yang dititipkan oleh seorang kolektor untuk dirawat. Gaman tersebut pernah ditawar 30 juta rupiah pada 1997 lalu. Gaman tersebut bernama Keris Petir Langit.
"Lalu ini ada gaman bernama Keris Petir Langit, titipan dari seorang kolektor. Tahun 1997 pernah ditawar 30 juta rupiah. Sama dengan tadi tidak saya lepas. Kalo sekarang harganya naik sekitar 60 juta. Namun si kolektor yang punya gaman ini juga tidak mau melepas," jelasnya.
Selain itu, Ali Tuba juga mendapat titipan gaman khas madura yang bernama Calok.
Artikel Terkait
Aturan dan 10 Benda yang Dilarang Masuk Saat Ujian SKD CPNS 2021, Melanggar Terancam Sanksi Berat
167 Santri Pondok Pesantren di Kabupaten Kendal Ikuti Seleksi Beasiswa Bagi Penghafal Al Qur'an
Mengapa Masuk Mall Wajib Sudah Divaksin? Begini Penjelasan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19
Bupati Juliyatmono : Saya masih ngeman, sayang pada anak-anak pelajar jika harus diberlakukan PTM
Gus Yasin Pastikan Pengajar Agama di Jawa Tengah Tetap Dapat Insentif Hingga 2022
Ganjar : HUT ke-71 Provinsi Jawa Tengah Menjadi Momentum Refleksi untuk Menuju Lebih Baik