KONTENJATENG.COM - Warren Buffett kerap dijuluki sebagai investor terhebat sepanjang masa. Namun, bila menilik sosok yang membentuk pandangan investasinya, nama Benjamin Graham muncul ke permukaan.
Bukan tanpa sebab, Benjamin Graham adalah mantan guru Warren Buffett sekaligus tokoh yang dikenal luas sebagai bapak investasi nilai atau value investing.
"Gagasan dan prinsip investasi Benjamin Graham diabadikan dalam dua buku klasik, Security Analysis (1934) dan The Intelligent Investor (1949)," demikian menurut laporan Investopedia yang dilansir pada Sabtu 9 Agustus 2025.
Kendati gaya bahasanya cenderung berat, kedua buku ini dianggap sebagai bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin mendalami dunia saham. Terdapat 3 prinsip investasi yang dapat dipetik dari pandangan Benjamin Graham:
1. Margin of Safety
Prinsip pertama Benjamin Graham adalah selalu berinvestasi dengan margin of safety. Konsep ini menekankan pentingnya membeli aset dengan harga jauh di bawah nilai intrinsiknya. Tujuannya, mengurangi risiko sekaligus membuka peluang keuntungan lebih besar.
Benjamin Graham sering mengibaratkan pendekatannya seperti membeli sesuatu yang bernilai satu dolar hanya dengan 50 sen. Dengan cara ini, ia memastikan ada ruang aman jika kondisi pasar memburuk.
Salah satu teknik favoritnya adalah membeli saham perusahaan yang nilai aset lancarnya, setelah dikurangi utang, masih lebih besar daripada nilai pasarnya. Strategi ini dikenal di kalangan pengikutnya sebagai “net nets”.
2. Antisipasi Volatilitas Pasar
Prinsip kedua adalah mengantisipasi volatilitas atau ukuran statistik tingkat fluktuasi harga pasar dan mengambil keuntungan darinya. Benjamin Graham mengajarkan, fluktuasi harga adalah hal wajar, bahkan bisa menjadi peluang bagi investor yang sabar dan rasional.
"Ia menggambarkan situasi ini lewat tokoh imajinatif bernama “Mr. Market”, mitra bisnis yang setiap hari menawarkan harga berbeda untuk membeli atau menjual saham Anda. Kadang optimis, kadang pesimis," tulis Investopedia dalam keterangan yang sama.
Pesan Benjamin Graham jelas, yakni para pegiat investasi jangan terbawa emosi Mr. Market. Investor sebaiknya tetap berpegang pada analisis objektif dan penilaian rasional terhadap nilai sebuah bisnis, bukan mengikuti arus sentimen pasar.