Sejarah Tradisi Dugderan Semarang Ternyata Ini Asal Usul Nama Dugderan, Warga Semarang Wajib Tahu!

photo author
- Senin, 20 Maret 2023 | 14:59 WIB
Sejarah Tradisi Dugderan Semarang Ternyata Ini Asal Usul Nama Dugderan, Warga Semarang Wajib Tahu!
Sejarah Tradisi Dugderan Semarang Ternyata Ini Asal Usul Nama Dugderan, Warga Semarang Wajib Tahu!

Baca Juga: Cegah Stunting Santri Dukung Ganjar Jateng Gelar Penyuluhan Gizi Anak di Demak

Tradisi ini pun berjalan berulang-ulang, dari tahun ke tahun dan menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Semarang.

Tujuan lain dari diciptakannya tradisi dugderan tersebut untuk mengumpulkan lapisan masyarakat dalam suasana suka cita untuk bersatu, berbaur dan bertegur sapa tanpa pembedaan.

Selain itu dapat dipastikan pula awal bulan Ramadhan secara tegas dan serentak untuk semua paham agama Islam berdasarkan kesepakatan Bupati dengan imam Masjid.

Sehingga terlihat semangat pemersatu sangat terasa dalam tradisi yang diciptakan tersebut.

Baca Juga: Anggota DPRD Kota Semarang dari PSI Minta Pemkot Segera Perbaiki Jalan Rusak

Dalam sejarah, Dugderan pertama kali dilaksanakan di Masjid Kauman, Bupati Semarang selaku umara datang ke Masjid Besar Kauman untuk bersama-sama ulama menyampaikan hasil keputusan tentang awal puasa.

Dari peristiwa tersebut dapat dipahami bahwa Dugderan merupakan ritual keagamaan dan masjid merupakan pusat perkumpulan umat.

Prosesi tradisi Dugderan terdiri dari tiga agenda yakni pasar (malam) Dugderan, prosesi ritual pengumuman awal puasa dan kirab budaya Warak Ngendok. Tiga agenda tersebut yang sekarang menjadi satu kesatuan dalam tradisi Dugderan.

Tradisi hingga sekarang masih terus dilestarikan dan dilakukan dengan segala dinamika dan perkembangannya.

Baca Juga: TEKS KULTUM HARI KE 1 RAMADHAN 2023, Ceramah Singkat Berjudul 8 Hikmah Puasa

Pasar Dugderan dilakukan selama satu minggu penuh mulai siang sampai malam dan dipusatkan di Pasar Johar atau sekitar Masjid Besar Kauman. Menariknya pasar Dugderan ini ramai dikunjungi oleh masyarakat pada malam hari untuk menikmati pasar malam.

Setelah diadakan pasar malam dilanjutkan dengan prosesi ritual pengumuman awal bulan Ramadhan dan kirab Dugderan.

Pada saat Bupati membacakan surat keputusan suasana menjadi hening dan penuh perhatian, seusai membacakan naskah kemudian Bupati memukul Bedug dan pada saat itu juga disulut meriam sehingga masyarakat merasa gembira dan senang.

Dalam suasana bingarnya meriam dan bedug, dikeluarkan sebuah karya fenomenal dan menarik perhatian yang berupa seekor binatang khayal yaitu Warak Ngendok.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Arif Nugroho

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X